Indonesia tidak ketinggalan dalam berpramuka. Gerakan Pramuka Indonesia akan mengirimkan kontingen yang beranggotakan 144 anggota Pramuka putra dan putri dari seluruh Indonesia berusia 12-17 tahun untuk ikut-serta dalam Jambore Pandu Regional Asia-Pasifik ke-26 di kaki Gunung Makiling, Provinsi Laguna, Filipina, 28 Desember 2009 sampai 3 Januari 2010.
Jambore adalah perkemahan besar para Pandu/Pramuka yang diisi berbagai kegiatan dan permainan lapangan serta bergembira bersama. Lebih dari enam ribu Pandu/Pramuka atau Scout putera dan puteri dari 26 negara Asia-Pasifik diharapkan ikut-serta dalam Jambore tersebut, yang bertujuan mempererat persaudaraan dan saling-pengertian antar generasi muda calon-calon pemimpin bangsa guna membangun kerjasama sosial-ekonomi dan perdamaian kawasan.. Tema Jambore Asia Pasifik ke-26 adalah “Scouts: Creating a Better World” (Pandu: Menciptakan satu Dunia yang Lebih Baik).
Panitia Jambore mengenakan biaya 200 Dollar AS kepada setiap peserta untuk transportasi lokal, makanan dan tenda untuk berkemah. Sedangkan biaya di luar itu, peserta harus menanggung sendiri antara lain untuk biaya tiket pesawat Jakarta-Manila p.p. serta perlengkapan kontingen termasuk seragam lengkap Pramuka kecuali sepatu, ransel besar dan back pack, tas pinggang, jaket, t-shirt, topi lapangan, souvenir, kartu nama dengan foto dan alamat e-mail, pin dan badge kontingen. Bila ditotal biaya keseluruhan yang dibutuhkan sekitar Rp 10 juta rupiah/ peserta.
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka juga memberi kesempatan kepada anggota Penegak, Pandega dan anggota dewasa berusia 18 hingga 45 tahun untuk menjadi sukarelawan panitia jambore atau dikenal dengan istilah International Service Time (IST). Hanya 20 anggota putra dan putri dari Gerakan Pramuka Indonesia yang dialokasikan sebagai IST, dengan batas waktu pendaftaran paling lambat 15 Oktober 2009, serta menanggung sendiri biaya tiket pesawat Jakarta-Manila p.p. dan fee 200 Dolar AS.
Di antara berbagai kegiatan yang digelar dalam Jambore Asia-Pasifik adalah termasuk Global Development Village dan Asia-Pasific Region Village, yang mempertunjukan berbagai karya seni dan budaya, serta kemajuan ilmu dan teknologi, juga kegiatan pelestarian lingkungan dari berbagai negara dan bangsa di Asia-Pasifik. Bumi perkemahan Makiling National Scout Reservation Camp pernah menjadi arena Jambore Pandu se Dunia ke-10 tahun 1959. Jambore Pandu Asia-Pasifik 1973 juga diselenggarakan di Gunung Makiling, Filipina.
Pandu se Asia-Pasifik bertekad menggalang semangat SHARE (berbagi), yang dalam Bahasa Inggris adalah singkatan Solidarity (Solidaritas atau Persaudaraan), Harmony (Harmoni atau Keselarasan), Altruism (Saling Mencintai / Mengasihi), Respect (Saling Menghormati) dan Equality (Persamaan), guna mewujudkan satu dunia yang lebih baik di tengah banyak sekali perbedaan di kawasan ini karena ras, suku, dan kepercayaan.
Sekadar catatan, Jambore Kepanduan Sedunia pertama kali diadakan di Inggris pada 1920, kemudian yang kedua di Denmark (1924), selanjutnya ketiga kembali di Inggris (1929), keempat di Hungaria (1933), dan kelima di Belanda (1937). Pecahnya Perang Dunia II membuat penyelenggaraan Jambore Kepanduan Sedunia dihentikan sementara. Baru setelah Perang Dunia II usai, digelar Jambore Kepanduan Sedunia keenam di Prancis (1947), ketujuh di Austria (1951), kedelapan di Kanada (1955), dan kesembilan kembali diadakan di Inggris pada 1957 untuk memperingati 50 tahun berdirinya Gerakan Kepanduan Sedunia yang dimulai pada 1907.
Jadi, Jambore Kepanduan Sedunia ke-10 pada 1959 adalah untuk pertama kalinya para pandu di seluruh dunia menikmati berjambore dan berkemah di negara tropis. Tercatat 12.203 peserta dari 44 negara ikut serta dalam jambore itu, termasuk pula kontingen dari Indonesia.
Mount Makiling juga tercatat dalam sejarah sebagai tempat diselenggarakannya pertama kali Jambore Kepanduan Asia-Pasifik. Jambore yang diberi nama 1st Asia-Pacific Regional Jamboree diselenggarakan dari 28 Desember 1973 sampai 4 Januari 1974. Sejumlah anggota Gerakan Pramuka juga ikut dalam jambore tersebut.
Duapuluh tahun kemudian, tepatnya dari 28 Desember 1993 sampai 4 Januari 1994, Mt. Makiling kembali menerima para pandu dari mancanegara. Kali ini, di tempat itu digelar 1st ASEAN Scout Jamboree (Jambore Kepanduan ASEAN pertama). Lebih dari 12.000 peserta dari 16 negara, termasuk Kontingen Gerakan Pramuka, ikut serta dalam jambore itu. Selain dari negara-negara ASEAN, jambore tersebut memang diikuti pula oleh sejumlah pandu dari negara-negara di luar ASEAN.
Kali ini, dalam Jambore Kepanduan Asia-Pasifik ke-26 yang bakal digelar akhir Desember 2009, selain dari negara-negara di kawasan Asia-Pasifik, menurut rencana akan diikuti pula oleh sejumlah pandu dari Inggris, Amerika Serikat, dan beberapa negara lainnya di luar Asia-Pasifik.
Boy Scouts of the Philippines (BSP), yang menjadi tuan rumah acara itu, telah siap menyambut para peserta. Presiden BSP Jejomar C. Binay, yang juga Wali Kota Makati City dan Ketua Komite Kepanduan Asia-Pasifik, serta Sekretaris Jenderal BSP J. Rizal C. Pangilinan yang merupakan direktur jambore kali ini, dalam percakapan dengan penulis beberapa waktu lalu, mengemukakan kesiapan BSP untuk menerima para pandu dari mancanegara, termasuk dari Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar