Selasa, 22 Desember 2015

Guru Hebat dan Perencanaan Pembelajaran



Perencanaan yang baik dapat diibaratkan sebagai kesuksesan yang mendekati. Begitu pula, keberhasilan pembelajaran dapat dimaknai dari kehebatan perencanaan yang dibuat oleh guru. Sebaliknya, pembelajaran yang acakadut biasanya didahului oleh perencanaan pembelajaran yang buruk. Lalu, bagaimanakah perencanaan pembelajaran yang bagus itu?

Perencanaan yang bagus ditandai oleh kelengkapan unsur, sistematis, kemenarikan isi, kesesuaian dengan tujuan, dan aplikatif. Kelengkapan unsur ditandai oleh keterpenuhan unsur tujuan, siswa, materi, strategi, media, dan evaluasi. Sistematis ditandai oleh keterhubungan unsur yang satu dengan yang lainnya sehingga membentuk keterpaduan. Kemenarikan isi lebih ditentukan oleh penggunaan jalinan isi yang dikemas dengan menarik dan menantang bagi daya belajar siswa. Kesesuain tujuan diwarnai oleh hubungan yang jelas dengan tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran yang telah digariskan dalam kjurikulum yang berlaku. Aplikatif bermakna bahwa yang direncanakan itu dapat diterapkan dengan baik tanpam kendala.

Ketika perencanaan dianggap penting bagi sebuah kesuksesan, pemahaman dan kemampuan memproduksi perencanaan yang baik sangat dipentingkan. Pemahaman dan kemampuan itu tentu saja tidak datang dari langit begitu saja. Pemahaman dan kemampaun merencanakan selalu bermula dari proses yang panjang dalam berpraktik. Oleh karena itu, guru yang hebat hendaknya senantiasa selalu berlatih membuat perencanaan. 

Perencanaan pembelajaran yang ada selama ini terlihat statis, tidak sistematis, tidak aplikatif, dan membingungkan arah karena dibuat secara parsial. Banyak perencanaan yang bersumber dari penggandaan dari perencanaan yang sudah ada alias copypaste. Guru yang terjebak pada tradisi copypaste selalu bermental jalan pintas, apa adanya, dan tidak mau susah-susah. Padahal, sebenarnya, guru tersebut memunyai kemampuan lebih namun mereka tidak yakin akan kemampuan sendiri. Guru seperti itulah yang dapat dikatakan sebagai perusak sistem pendidikan di Indonesia.

Sebaliknya, ada juga guru yang senantiasa mampu menunjukkan perencanaan yang baik. Kemudian, dalam pembelajaran, guru tersebut menunjukkan keberhasilan mengajar yang baik pula. Mereka yakin bahwa perencanaan mampu menentukan keberhasilan penerapan di kelas. Mereka juga yakin bahwa perencanaan dapat mengisi kekosongan berpikir ketika mengajar di kelas. Perencanaan yang dibuat dapat dipahami secara tersistem dan mudah diterapkan.

Ada empat modal untuk menjadi guru yang hebat terkait dengan perencanaan pembelajaran. Modal itu adalah fokus, lokus, modus, dan habitus. Fokus bermakna bahwa pembelajaran harus terpusat pada tujuan yang diharapkan secara rnci dan detail. Lokus artinya konteks pembelajaran menjadi perhatian penting dalam menyusun perencanaan, seperti kapan, di mana, siapa, apa, dan mengapa pembelajaran dilakukan. Modus adalah strategi dan metode yang dipakai dalam membuat perencanaan yang baik. Habitus adalah pembiasaan yang tiada henti dalam membuat perencanaan sampai mampu dengan otomatis dalam membuat perencanaan. 

Di era sekarang, tuntutan guru berkualitas sangat diharapkan. Guru yang setengah-setengah berkualitas atau tidak berkualitas sekaligus menjadi sampah yang perlu dipinggirkan. Kemudian, guru berkualitas dipantau dan dibantu dengan baik dalam memproduksi perencanaan. Indonesia memerlukan guru yang liahi dalam membuat perencanaan sehingga tetap sasaran.

Lalu, bagaimana kondisi perencanaan yang dibuat guru saat ini? Mengapa guru selalu dianggap memunyai kekurangan dalam membuat perencanaan? Bagaimana strategi yang hebat dalam membangun guru yang inspiratif? Pertanyaan itulah yang selama ini perlu dijawab dalam rangka menguatkan perencanaan yang dibuat oleh guru.

3 komentar:

Sang Revolus mengatakan...

Nanang Hadi S. 132074002 PA 13:
Berdasarkan analisis di lapangan sebenarnya pembelajaran bahasa khususnya bahasa Indonesia terjebak pada metode/pendekatan yang kurang tepat. Karena metode pembelajaran bahasa memiliki kekhususan seperti metode alamiah Tracy D. Terrell, respon fisik total College dan Asher, dan sugestopedia Lazanov. Ketiganya memusatkan pembelajaran bahasa pada konteks dan stimulus yang tepat dalam penguasaan bahasa. Kenyataannya kita terjebak pada pendekatan scientific yang sesungguhnya milik pembelajaran eksak. Jadi menurut saya pendekatan pembelajaran yang selama ini digulirkan belum cocok untuk pembelajaran bahasa, Prof. Jadi wajar rasanya ketika para guru bahasa mengalami gejala kebingungan ketika mengajar.
Agar sinkron, mungkin perlu dirancang kurikulum khusus pembelajaran bahasa, Prof. Jadi fokus, lokus, modus dapat tercapai maksimal.

Unknown mengatakan...

Assalamu’alaikum pak Yatno.
Saya Muhamad Lutfi dari JBSI kelas PB 2013.
Ya sedikit memberi komentar atas tulisan yang bapak tulis di atas.

Sedikit membandingkan dengan pendapat yang bapak ungkapkan melalui tulisan di atas, kemarin saya mewawancarai seorang Kaprodi Matematikan Universitas Wijaya Putra Kampus Wiyung yang bernama Erik Valentino, S.Pd., M.Pd. Beliau juga alumni Unesa jurusan Matematika. Saya mengajukan pertanyaan yang bapak tulis di kalimat-kalimat akhir paragraf. Kalimat itu sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi perencanaan pembelajaran yang dibuat guru saat ini?
2. Mengapa guru selalu dianggap memunyai kekurangan dalam membuat perencanaan pembelajaran ? 3. Bagaimana strategi yang hebat dalam membangun guru yang inspiratif?.
Beliau berpendapat bahwa:
1. Untuk menjawab ini perlu kajian yang menyeluruh sebenarnya. Namun, kalau saya menilai secara normatif, bukan semua guru, lebih tepatnya banyak guru yang masih membuat perangkat pembelajaran sebagai syarat administratif saja. Sehingga mereka yang seperti itu tentu tidak benar-benar merencanakan pembelajaran.
2. Tidak hanya guru yang mempunyai kekurangan, namun semua manusia pasti punya kekurangan. Kekurangan guru tersebut dinilaian dari sudut pandang perkembangan kurikulum. Kebanyakan guru-
guru yang saya temui masih sedikit yang mengikuti perkembangan kurikulum secara substansi. Salah satu alasan utamanya adalah konsep yang ditawarkan oleh pemerintah masih belum realistis untuk diterapkan kepada siswa mereka. Oleh karena itu mereka masih bertahan dengan pengalaman dan cara mereka dalam membelajaran mereka yang menurutnya lebih realistis dan efektif.
3. Strategi yang menurut saya efektif ya harus bisa memberi contoh dulu. Apa yang sudah dilakukan dan apa yang sudah dicapai. Jika itu sudah dilakukan, insyaAllah banyak guru yang akan meniru kita.
Berdasarkan pendapat pak Erik tersebut, dapat saya simpulkan:
1. Cara untuk mengetahui kondisi perencanaan pembelajaran yang dibuat guru saat ini sebenarnya perlu ada kajian yang mendalam, agar menuai hasil yang maksimal. Jika dinilai secara normatif bukan semua guru, tetapi banyak guru yang masih membuat perencanaan pembelajaran sebagai formalitas saja. Sehingga, hal itu tidak dibenarkan dalam pembuatan perencanaan pembelajaran.
2. Sebenarnya kekurangan memang dimiliki oleh setiao manusia termasuk guru. Kekurangan dari seorang guru dalam konteks ini ialah perkembangan kurikulum. Banyak guru yang masih sedikit mengikuti perkembangan kurikulum secara substansi. Satu di antara alasannya ialah konsep yang ada masih belum bersifat realistis untuk diterapkan kepada peserta didik. Mengetahui keadaan tersebut, mereka masih bertahan dengan cara pembelajaran yang menurutnya lebih realistis dan efektif.
3. Guru yang hebat ialah guru yang bisa menjadi tauladan atau contoh yang baik untuk anak didiknya. Karena satu di antara faktor terbesar untuk meraih keberhasilan dan kesuksesan siswa dalam proses belajar ialah peran dari seorang guru. Guru hebat ialah guru yang bisa memilih pembelajaran yang efektif, realistis, dan inovatif. Strategi itulah yang harus diterapkan oleh semua guru agar menjadi guru yang hebat.

Pendapat yang disampaikan Pak Erik juga saya temui ketika saya bersilaturrahmi ke rumah Kepala Sekolah Madrasah Aliyah saya dulu. Namanya Wagyo Sri Basuki, M.Pd. Beliau adalah guru mata pelajaran Bahasa Inggris. Simpulan dari pendapat beliau sama dengan pendapat Pak Erik.

Sekian dari saya pak. Jika ada salah kata dalam penulisan dan utamanya komentar saya, Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya pak.
Salam dan Jaya selalu Guru Indonesia.

Unknown mengatakan...

Sinta Wahyuningsih.132074008.PA 2013.
Menurut Abdul Majid dalam bukunya yang berjudul " Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru",menyebutkan agar pelaksanaan pengajaran berjalan dengan efektif dan efisien ada konsep perencanaan pengajaran yang dilihat dari berbagai sudut pandang.
Konsep tersebut yaitu:
a) perencanaan pengajaran sebagai teknologi,
b) perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem,
c) perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin,
d) perencanaan pengajaran sebagai sains (science),
e) perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses,
f) perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas.
Adanya perbandingan tersebut, alangkah baiknya Pak Yatno menambahkan pendapat dari Abdul Majid yang poin (f) karena penyusunan perencanaan sebagai sebuah realitas merupakan suatu ide pengajaran yang d kembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu. Sehingga ide- ide yang digunakan dalam perencanaan tersebut selalu berkembang dengan berjalannya waktu sehingga ada pembaharuan.
Terima kasih.