Saat ini, banyak siswa membawa HP di sekolah jika tanpa peraturan melarangnya. Mereka dapat bermain peran seolah-olah memperhatikan guru tetapi tangan dan mata bermain HP untuk membuka internet. Guru perlu mencermati gerak-gerik siswa yang demikian itu. Jangan-jangan, pornografi yang dinikmatinya. Mereka asyik menikmati situs porno daripada menikmati omongan guru yang tiap hari berulang-ulang itu.
Memang, siswa berada pada alam globalisasi informasi yang ibaratnya berada pada dua sisi mata uang, positif dan negatif. Peneliti Puslit Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI, Masayu S Hanim, mengingatkan para orangtua untuk memantau tayangan dan informasi yang diakses putra-putrinya sejak anak-anak hingga menginjak usia remaja.
Berdasarkan penelitian LIPI pada 2005-2007 di sejumlah kota di Indonesia, menyaksikan atau mengakses konten porno bisa menimbulkan addiction alias ketagihan. Ia memaparkan, dari hasil penelitian di Palembang dan Semarang, sebanyak 51 persen dan 42 persen responden mengaku ketagihan setelah menyaksikan tayangan pornografi.
"Kalau untuk anak-anak dan remaja, ini kan bahaya sekali. Apalagi sekarang akses internet yang luas membuka peluang menikmati tayangan ini menjadi semakin besar. Perlu pantauan orangtua terhadap anak-anaknya," kata Masayu dalam sarasehan "Pornografi Anak" di Gedung LIPI, Jakarta Selatan, Rabu (24/3/2010).
Aktivitas yang dilakukan untuk mengakses konten pornografi, di antaranya, dilakukan melalui film atau DVD/VCD porno dan membaca majalah/buku porno yang kemudian mendorong untuk melakukan hubungan seks di luar pernikahan. Selain ketagihan, dampak tayangan pornografi juga akan menimbulkan escalation atau hasrat untuk melakukan tindakan seksual dan membangkitkan kecenderungan untuk melakukan serta meniru.
"Kita juga harus kritis terhadap tayangan di televisi. Iklan juga secara tidak sadar ada yang memuat konten pornografi dan terkadang luput dari perhatian kita, tetapi bisa dicontoh oleh anak-anak," katanya.
Sementara itu, Kepala Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika Gatot S Dewo Broto mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk meminimalisasi akses ke situs-situs porno. Orangtua juga bisa melakukan filter sendiri dengan memblok situs-situs yang dinilai membahayakan bagi anak-anaknya.
"Bisa diakses di internetsehat.org. Orangtua atau kita bisa memilih, situs-situs apa saja yang akan diblok sehingga tidak bisa diakses anak-anak," ujar Gatot.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar