Bagi orang dewasa, menghapalkan sembilan metode kepramukaan dengan konsep sekaligus tentu sangat sulit. Namun, kesulitan itu dapat diatasi dengan penggunaan metode dan media yang mampu membantu peserta menghapal nama metode sekaligus maknanya. Metode itu bernama lempar bola satu ucap dengan media bola plastik seukuran bola sepak.
Saat itu, pukul 10.00, saya ajak peserta ke halaman aula Balai Diklat Pertanian, Saree, Aceh Barat. Mereka, sejumlah 48 orang, saya minta membuat lingkaran kecil. Saya mengawali dengan menyebutkan satu per satu pilar metode kepramukaan dengan rincin konsepnya. Kemudian, sengaja satu pilar belum saya sebutkan. Peserta menyebut ulang nama metode pilar demi pilar. Sekiranya, mereka dapat mengulangi nama tersebut, satu metode yang masih belum disebut itu, saya tambahkan. Berkali-kali, peserta selalu kurang ketika menyebutkan secara lisan.
Kemudian, saya mengambil satu bola lalu kulemparkan ke salah satu peserta sambil saya meneriakkan nama metode kepramukaan. Lalu, yang menerima bola akan meneruskan sambil mengucapkan nama metode berikutnya ke salah satu temannya. Putaran pertama banyak yang tidak hafal. Ada peserta yang mencatatkan nama metode itu ke telapak tangan. Dia membaca dari telapak tangan kemudian melemparkan bola ke temannya. Saya biarkan saja cara seperti itu karena itu juga cara untuk menghafal.
Kemudian, lemparan bola saya tambah menjadi dua. Saling-silang lempar dilakukan peserta dengan suara lantang. Bola kemudian saya tambah sampai tujuh untuk dilemparkan ke peserta. Ternyata, peserta tambah bingung dengan nama metode karena kecepatan lemparan dari bola-bola yang lain ke dirinya. Peserta sangat senang dan mulai hafal dengan nama metode secara cepat.
Permainan saya lanjutkan ke tiap kelompok dengan lingkaran kecil, masing-masing berjumlah 5--8 orang. Ada tujuh kelompok yang bermain. Tiap kelompok diberi bola satu. mereka melemparkan bola sambil meneriakkan nama metode dan konsepnya. Ada kelompok yang cepat melempar dan cepat menyebutkan nama metode kepramukaan. Jarak 10 menit, semua peserta mampu menghafalkan nama metode tersebut.
Permainan ditambah lagi dengan cara menyepak bola. Peserta harus berada di lapangan rumbut yang laus. mereka menyepak bola sambil meneriakkan nama metode yang berjumlah sembilan itu. Hasilnya, peserta dapat serta merta hafal nama metode dan konsepnya.
Kemudian, peserta saya ajak ke ruangan lagi untuk bermain tujuh penjuru angin. Mereka memberikan umpan sepuluh pernyataan ke teman lain dengan topik yang berbeda dari sebelumnya. Sealan-akan mereka lupa dengan permainan bola.
Ternyata, ketika sore hari, beberapa peserta saya tanya ulang nama metode yang dimainkan pagi hari dapat menyebutkan dengan runtut. Padahal, mereka sudah menghadapi topik lain lagi sehari itu. Kemudian, dua hari berikutnya, secara acak peserta saya tanyai, mereka dapat menyebutkan dengan runtut nama-nama metode kepramukaan yang jumlahnya sembilan itu.
Jadi, belajar sambil bermain dapat meningkatkan daya hafal peserta. bahkan, peserta mampu meingidentifikasi konsep dan prosedur metode itu dengan tepat. Padahal, orang dewasa itu adalah warga belajar yang susah mengingat. Pendekatan yang tepat bagi mereka adalah andragogi. Pendekatan itulah yang senantiasa saya pakai dengan model yang berbeda-beda sesuai dengan konteksnya.
KPL (Kursus Pelatih Pembina Pramuka Tingkat Lanjut) 2014 yang dilaksanakan oleh Pusdiklatda Kwarda Aceh terbilang sukses. Dari tanggal 7--13 September 2014 peserta sangat menikmati. Mereka seolah tidak merasakan waktu lama. "Terasa sejenak saja KPL ini," kata peserta. Itu semua karena kemasan metode dan teknik yang direncanakan dengan apik. Selamat buat Kwarda Gerakan Pramuka ACEH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar