Dik Doank, selebriti yang kini lebih memberikan perhatian terhadap masalah pendidikan anak-anak, mengungkapkan bahwa cara mendidik anak-anak yang diterapkan pemerintah tidak menjadikan manusia Indonesia pencipta atau penemu, tetapi justru penjiplak dan pencontek.
Dik mengatakan, semestinya sejak awal proses pendidikan pemerintah mengarahkan anak-anak Indonesia untuk belajar kreatif. Menurutnya, pemerintah salah kaprah dalam sistemnya dan sekolah sangat berperan, yakni mensyaratkan yang masuk sekolah harus bisa membaca, menulis, dan menghitung dahulu, padahal itu belum saatnya.
Kondisi tersebut diperparah dengan pelajaran yang masih bersifat umum. Pendiri dan penggagas sekolah alam Kandank Jurank Doank ini menuturkan, jika hal tersebut dibiarkan ke depan, maka bisa saja terjadi "tsunami" yang lebih besar berupa gelombang pengangguran karena kesalahan mendidik.
"Anak 0-7 tahun itu hanya memunyai tiga tugas, yakni bermain, bermain, dan bermain, bukan belajar menghitung atau membaca. Jadi, tidak ada yang dilakukannya selain bermain dan menumbuhkan kreativitas," ungkap Dik saat ditemui di sela-sela jumpa media Lepaskan Imajinasimu Bersama Dik Doank di sebuah kafe di Jakarta Pusat, Kamis (8/4/2010).
"Pendidikan harus mendukung kreativitas sehingga anak-anak kelak menjadi penerus bangsa, membuat bangsa ini jauh lebih besar dengan berbagai barang ciptaan dan temuan yang bermanfaat bagi negara dan dunia," ungkap pemilik nama asli Raden Rizki Mulyawan Kertanegara Hayang Denda Kusuma ini.
Berbeda dengan orang dewasa, Dik mengatakan bahwa kreativitas yang ditunjukkan oleh anak-anak sering kali muncul secara spontan. Hal tersebut terjadi karena unsur kreatif itu sudah muncul dengan sendirinya dari dalam diri mereka.
Untuk itu, Dik berpesan agar orangtua harus mampu memberikan stimulasi kepada anak sehingga memberikan alternatif dalam proses kreatifnya. (Sumber: Kompas.com/edukasi/esy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar