Rabu, 03 Mei 2017

Guru Inovatif: Bunuhlah Rasa Takutmu

Apa yang menjadi penghalang utama bagi guru yang akan inovatif? Yang menjadi penghalang pertama guru inovatif adalah rasa takut. Rasa takut dalam diri guru melekat kuat di sanubarinya akibat budaya turun-temurun, tidak percaya diri, dan berada dalam roda rasa takut. Akhirnya, sampai mati pun, guru tidak pernah yakin bahwa dirinya dapat inovatif.

Rasa Takut Akibat Budaya Turun-Temurun
Secara turun-temurun, bangsa kita dijajah Belanda dengan pola menakut-nakuti melalui alat bernama siksaan, rampasan, dan pembuangan. Perilaku penjajah itu dilakukan terus-menerus sampai anak-cucu. Hanya yang diam, apa adanya, dan menurut sebagai pembungkus rasa takut akan selamat dari jahanam penjajah. Kemudian, rasa takut itu berubah menjadi sebuah senjata untuk selamat dalam hidup, baik bekerja maupun berkarya.

Sampai disebut sebagai kaum terbawah, inlander, dan hewan pun, nenek moyang kita terdiam dan seolah menerimanya. Intinya, daripada dijahati penjajah lebih baik diam seribu bahasa. Kemudian, akibat persekolahan yang dibuka Belanda, satu demi satu, bangsa Indonesia memupuk keberanian akibat refleksi diri yang bermuara pada kesedihan bangsanya diperlakukan sebagai sesuatu yang terhina. Padahal, pendidikan yang dibuka Belanda orientasinya bukan menciptakan pemikir tetapi menggandakan buruh yang sedikit mengerti untuk membantu Belanda. Namun, muncul satu-dua tokoh yang kelak mengubah bangsa menjadi merdeka.

Hanya saja, keberanian para tokoh untuk inovasi tinggi yang ditandai oleh kemerdekaan hakiki sebuah negara tidak turut serta mempengaruhi para guru yang jumlahnya lebih banyak. Sampai saat ini, para guru masih saja dihinggapi rasa takut. Rasa takut itu tercermin dari malu jika diejek orang lain, malu jika dimarahi orang lain, dan malu jika salah lalu berakibat fatal bagi dirinya.

Walhasil, jalan yang dipilih guru adalah menutupi rasa takut digunakan rasa malu sebagai penutupnya dan dikemas dengan apa adanya, statis, begitu-begitu saja asal mengajar seperti biasa. Jika pola tersebut dijalankan tentu pendidikan di Indonesia susah untuk menapaki sebuah perubahan. Perubahan pendidikan yang paling baik jika berangkat dari perubahan guru secara inovatif demi siswanya.

Rasa Takut akibat Tidak Percaya Diri
Rasa takut guru berikutnya disebabkan oleh tidak percaya diri jika dirinya mempunyai kemampuan. Seolah-olah, guru yang bersangkutan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan guru lainnya. Dia tidak cinta pada dirinya karena tidak percaya diri. Dirinya seolah hanya sebagai pengikut dan pengekor saja karena terlalu yakin bahwa orang lain pantas untuk diikutinya. Dalam dirinya, tidak ada secuil pun anggapan mempunyai kemampuan.

Padahal, dalam diri guru terdapat segumpal kemampuan yang spektakuler jika dipoles sedikit saja. Selama dia mengajar, pasti ada satu saja, sebuah pembelajaran yang terbaik menurutnya. Pembelajaran yang terbaik itu tentu jika terus ditekuni, dianalisis, dan diformulakan akan menjadi sebuah menu inovatif yang sanggup menyumbangkan bagi guru lain.

Hanya saja, tidak percaya diri sudah terlanjur membalut sikap diri. Ke mana-mana, dia selalu merasa bukan apa-apa dan tidak mempunyai kemampuan apa-apa. Dia malu kepada orang lain yang lebih berani berunjuk prestasi. Lalu, alasan sibuk, tidak ada waktu, dan tidak bisa melakukan dijadikan sebagai menu alasan baginya.

Berada dalam Roda Rasa Takut
Guru yang seperti ini selalu berada dalam ruang rasa takut. Dia tidak mau keluar dari rasa takut itu. Seolah-olah dia menjadi sosok yang ditakdirkan sebagai sosok yang biasa saja dan apa adanya. Nasib dianggapnya sebagai biang yang tertuduh. Aku memang guru yang begini-ini.

Padahal, jika guru tersebut berani keluar dari kungkungan roda rasa takut, dia akan menemukan jalan keberanian untuk maju dan menghasilkan inovasi yang baik. Guru tersebut harus meilih keberanian daripada ketakutan. Dia pasti mampu untuk berani karena telah dibekali oleh gurunya dulu, dosennya dulu, dan kawan-kawannya untuk senantiasa maju.

Hanya saja, rasa takutnya lebih kuat dibandingkan rasa berani. Dia merasa nyaman berada dalam lingkaran roda rasa takut. Takut dan takut menjadi tameng untuk berlindung.

Bunuhlah Rasa Takut maka Inovasi akan Menjadi Milikmu
Untuk menjadi guru inovatif, jalan satu-satunya adalah membunuh rasa takut dari segala sisi. Bunuhlah rasa takutmu dengan cara paksaan. Rasa takut itu penyakit. Rasa takut itu racun yang akan membunuhmu pula. Jadi, beranilah melangkah. Jangan takut salah. Justru dengan kesalahan, guru akan menemukan resep untuk maju berikutnya.

Inovasi itu milikmu seperti engkau memiliki tangan dan kaki. Mulai sekarang berinovasilah dalam pembelajaran agar kelak guru disebut sebagai pembaharu. Lakukan dengan sepenuh hati dan tidak boleh takut salah. Indonesia itu sudah merdeka jadi isilah Indonesia dengan inovasimu. 

Tidak ada komentar: