Bagaimanakah kondisi guru di negara terhebat dalam pengelolaan pendidikannya? Kondisinya tentu, guru tersebut jauh lebih hebat. Guru hebat akan menguatkan negara hebat dalam pendidikan. Negara manakah yang terhebat dalam pengelolaan pendidikan? Ternyata, negara tersebut adalah Negara Finlandia. Bukan Amerika Serikat, Jepang atau Jerman, kiblat
pendidikan dunia saat ini mengarah ke negara Findlandia.
Daya tarik sistem pendidikan di Finlandia adalah di
kemandirian siswa dan gurunya. Di Finlandia kemandirian dalam
mengikuti proses belajar mengajar itu tidak hanya dinikmati oleh
guru-gurunya yang begitu dihormati tetapi juga ditularkan kepada para
pelajar melalui berbagai kesempatan-kesempatan penting. Setiap pelajar diberi otonomi khusus untuk menentukan
jadwal ujiannya untuk mata pelajaran yang menurutnya sudah dia kuasai.
Sistem
inilah yang dipertahankan oleh Finlandia hingga akhirnya berhasil
mengantarkan negara ini berada pada posisi puncak sebagai negara yang
paling berhasil mengelola pendidikan nasionalnya. Dalam evaluasi belajar, angka ketidaklulusan secara nasional tidak
pernah melebihi 2 persen per tahun. Finlandia juga tidak mengenal
istilah ujian semester apalagi ujian nasional layaknya di tanah air.
Evaluasi
belajar secara nasional dilakukan tanpa ada intervensi pemerintah
sekali pun. Karena setiap sekolah bahkan guru berkuasa penuh untuk
menyusun kurikulumnya sendiri. Jadi jangan pernah berhayal bahwa
guru-guru di Finlandia disibukkan untuk mengejar terget-target tertentu
karena di negeri ini guru selalu menyesuaikan bahan ajarnya dengan
kebutuhan setiap pelajar.
Di Finlandia siapa pun
presidennya dan menteri pendidikannya tidak akan berpengaruh signifikan
terhadap masa depan pendidikan. Karena fungsi pemerintah dalam memajukan
sektor pendidikan adalah dukungan finansial dan legalitas. Gurulah yang berwewenang atas itu karena guru
dipandang sebagai sosok yang paling mengerti mau dimana wajah pendidikan
Finlandia dibawa dimasa yang akan datang.
Sistem ini telah
berdampak positif kepada pola cara mengajar guru yang tidak terlalu
dipusingkan oleh hiruk pikuknya politik nasional negaranya. Keseriusan
negara Finlandia menyokong keberhasilan pendidikan nasionalnya
dibuktikan dengan diterapkannya kebijakan gratis sekolah 12 tahun.
Kerenkan?
Ada hal menarik lainnya. Bila ditanah air setiap tahun
selalu saja ada perubahan guru yang masuk silih berganti tidak demikian
halnya di Finlandia. Jangankan berganti bahkan setiap kelas akan diasuh
oleh 3 orang guru sekaligus. Dua orang guru bertindak sebagai
guru mata pelajaran sedangkan satu orang lagi menjadi pengawas dan
pembimbing setiap siswa dalam memahami setiap bidang studi.
Jadi,
bila di Indonesia belajar 12 tahun berarti mengenal belasan bahkan
puluhan guru maka di Finlandia selama 12 tahun setiap kelas hanya
dibimbing oleh 3 orang guru. Guru-guru di Finlandia bukanlah guru asal-asalan yang dipungut di tengah
jalan atau otomatis jadi guru karena dekat dengan penguasa.
Guru-guru
Finlandia adalah lulusan terbaik setiap perguruan tinggi dan mereka
harus masuk dalam kelompok 10 besar lulusan terbaik. Jika tidak, jangan
pernah bermimpi jadi guru di negeri ini. Itulah sebabnya
guru-guru di Finlandia betul-betul berdedikasi tinggi. Gajinya besar
dong? Tidak. Guru-guru Finlandia justru digaji dengan gaji secukupnya
bahkan bisa dikatakan kurang memadai. Tetapi gurunya begitu
menikmati profesinya hal ini karena mayoritas masyarakat Finlandia
begitu menghormati dan menghargai profesi seorang guru. Bagaimana
ditanah air?
Dengan alasan melanggar HAM seorang guru bisa
dipidanakan hanya karena menghukum seorang murid yang kebetulan
indisipliner. Alasan bahwa setiap anak disekolahkan untuk pintar bukan
untuk dianiaya menjadi senjata jitu siapa pun untuk memperkarakan setiap
guru.
Kalau begini seharusnya setiap orangtua jangan pernah
menyekolahkan anaknya kalau etika dan moralnya belum bisa
dipertanggungjawabkan karena dalam sistem pendidikan nasional kita,
etika moral adalah tanggungjawab orang tua sedangkan pencerdasan adalah
tanggungjawab guru. Oleh karena itu salah besar menyalahkan guru
bila setiap pelajar tidak beretika karena etika dan moral adalah
tanggungjawab orangtua.
Finlandia
tidak pernah membebani muridnya untuk hal-hal yang kurang bermutu atau
mengurangi ke-kreativitasan seorang anak setelah meninggalkan rumah
sekolah. Maka, tugas tugas (PR), les tambahan dan bimbingan ini
dan itu nyaris tidak pernah ada di Finlandia. Bagaimana dengan tanah
air? Tekanan yang begitu berat sangat terasa apalagi menjelang ujian
nasional. (Sumber: detikNews; Penulis: Samsul Pasaribu, Jalan Raya Jatinangor Km.20.5 Kabupaten Sumedang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar