Orang
tidak akan lihai dengan teks jika hanya memahami teks melalui mendengarkan
ceramah dari sebuah pelatihan atau membaca buku tentang teks. Jika ingin lihai
memproduksi teks, seseorang perlu langsung memproduksi teks sehingga akan lebih
menguasai teks karena berpraktik langsung. Konsep itulah yang dilakukan Kantor
Bahasa Provinsi Maluku dalam rangka melatihkan penulisan teks ke para guru di
Ambon dan Maluku Tengah. Ternyata, konsep itu lebih mengena dan disukai oleh
para guru bahasa Indonesia yang menjadi pesertanya.
Pelatihan
penulisan teks bagi guru di Ambon dan Leihitu Maluku Tengah dikemas dalam acara
Pekan Gerakan Indonesia Membaca dan Menulis yang berlangsung pada 18—26 Mei
2015 di empat lokasi, yakni SMAN 1 Ambon, SMAN 5 Ambon, SMPN 14 Ambon, dan SMAN
1 Leihitu, Maluku Tengah. Dalam kegiatan
tersebut terdapat empat kegiatan yang dilaksanakan sekaligus di setiap tempat,
yakni Lomba Baca Puisi bagi Siswa, Lomba Membaca Berita TV bagi Siswa,
Pelatihan Menulis Cerpen bagi Siswa, dan Pelatihan Penulisan Teks bagi Guru
Bahasa Indonesia. Di setiap sekolah, kegiatan dilaksanakan selama dua hari.
Kantor
Bahasa Provinsi Maluku cukup cermat ketika memilih fasilitator dan juri untuk mengawal
kegiatan tersebut. Hal itu dibuktikan dengan hasil yang maksimal. Untuk
penulisan Cerpen bagi siswa, rata-rata peserta menyatakan puas dan senang
karena dapat menghasilkan 1 sampai 4 cerpen akibat cara memfasilitasi
narasumber sangat mantap. Metode berbasis siswa diterapkan dengan motivasi yang
disenangi anak. Narasumber penulisan cerpen adalah Puji Santosa dari Badan
Bahasa Jakarta yang telah menulis puluhan buku. Kemudian, narasumber kedua
adalah Prof. Dr. Wahyudi yang sangat lihai dalam memfasilitasi anak-anak.
Hasilnya, banyak cerpen siswa yang terkumpul dengan ciri khas bahasa remaja.
Dalam
pelatihan penulisan teks, narasumber yang dipasang adalah Prof. Dr. Suyatno,
M.Pd. yang berpengalaman dalam memfasilitasi guru dalam memproduksi teks.
Hasilnya, dalam dua hari, guru mampu memproduksi lima teks, yakni esai, puisi,
anekdot, eksemplum, dan cerita pendek. Peserta merasakan betapa mudahnya
menulis teks. Cara memfasilitasi narasumber ini cukup unik karena dengan
permainan dan metode yang baru. Guru-guru merasakan baru kali ini mampu membuat
teks dengan sesungguhnya. “Tidak terasa, kami menulis teks dengan sendirinya,”
ujar salah satu peserta.
Lomba
baca puisi juga meriah karena puisi yang dibacakan sangat kontekstual dan
dipandu langsung oleh sastrawan Ambon, Rudy Pofid dan guru yang berpengalaman.
Kemudian, lomba membaca berita TV langsung ditangani oleh praktisi dari TVRI
Maluku. Kedua lomba itu memukau karena di setiap kesempatan selalu penuh dengan
peserta dan penonton.
Kegiatan
seperti di atas tampaknya perlu dilaksanakan se-Indonesia sehingga lebih banyak
lagi guru yang berpengalaman langsung dalam membuat teks. Siswa akan lebih
banyak yang membaca puisi dan berita. Untuk itu, para pemangku kantor bahasa
atau balai bahasa di Indonesia perlu mengadopsi kegiatan serupa dengan caranya
sendiri.
Bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan dan negara memang harus dikawal sehingga
benar-benar di hati penggunanya. Bahasa Indonesia harus terus-menerus
dikenalkan secara mendalam agar muncul kebanggaan yang serta-merta. Apalagi,
saat ini, muncul perusak bahasa yang jika dibiarkan akan menggrogoti kualitas
bahasa Indonesia. Perusak itu adalah harga diri bangsa Indonesia yang mulai
bergeser ke penggunaan bahasa Inggris. Penjungkirbalikkan kata bahasa Indonesia
untuk memenuhi keperluan bermedia sosial. Liha saja, pesan pendek di ponsel
para anak muda, kebebasan menggunakan kata semakin banyak penyimpangan. Kata
dan kalimat seenaknya saja diubah-ubah.
Inisitatif
Toha Maksum, selaku kepala Kantor Bahasa Provinsi Maluku cukup diacungi jempol
karena mampu mewujudkan pesta berbahasa yang berbasis peserta. Apalagi, kru
Kantor Bahasa Maluku sangat kompak dan bertanggung jawab sehingga kegiatan
berjalan lancar. Panitia saling mengisi dan membantu dalam melancarkan
kegiatan. Rasa senang panitia menulari kesenangan peserta dalam mengikuti
kegiatan. Dukungan mitra juga terlihat maksimal. Hal itu dapat dilihat dari
keterlibatan secara langsung dalam memfasilitasi tempat, ruang, birokrasi, dan
moral saat pelaksanaan. Suyatno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar