Selasa, 04 Januari 2011

Guru di Mata Mbok Siti (92)

Ketika aku berada di dapur Mbok Siti, terlihat dua ayam betina mengerami telurnya dengan diam dan tak bergerak sedikit pun. Tidak tampak berapa telur yang dierami karena tertutup bulu sayap warna kehitaman. Aku tidak berani mengganggunya dengan mengintip jumlah telur.

"Ayam itu sedang memusatkan diri untuk memperkuat anak-anaknya segera keluar dari cangkangnya, anakku", kata Mbok Siti pelan. Aku kaget dan langsung mengangguk pertanda setuju.

"Tapi mengapa diam, Mbok?" tanyaku.

"Diam bukan berarti diam. Kesenyapan bukan berarti senyap", tambahnya. Ayam itu berada dalam kekosongan untuk mengisi kekosongan yang lainnya. Itulah yang namanya pemusatan pikiran dengan segala jiwa dan upaya agar terlahir anak-anak ayam yang sehat seperti yang diangan-angankannya.

Kadang guru diperlukan untuk berada dalam kekosongan diri yang menyatu pada pikiran yang berpusat dalam mendidik muridnya. Dengan diam, segala tenaga hati dan jiwa guru dapat memusat demi keberhasilan muridnya. Diam itu emas.

Tidak ada komentar: