Jumat, 10 Juli 2009

Guru di Mata Mbok Siti (56)

Air sumur di rumah Mbok Siti sangat jernih bagaikan awan tanpa mendung sedikit pun. Aku sempatkan cuci muka dan berkumur dengan lama di sumur belakang rumah. "Benar-benar sejuk dan menyegarkan jika dibandingkan air PAM di kota", gumamku. Kesegaran itu masih aku rasakan ketika aku sudah berada di teras rumah Mbok Siti.

"Air sumurnya sangat segar Mbok", tanyaku sambil mengusap bekas cuci muka di wajahku. "Iya, anakku. Sepanjang hidup, dari turun-temurun, sumur itu dapat menghidupi keluarga kami sampai kini", jelas Mbok yang penuh senyum itu. Air itu dapat segar dan sejuk karena berada di sumur yang alamiah dengan menampung sumber air di sekitarnya. Apalagi kanan kiri sumur itu terdapat tetumbuhan yang bertugas menahan laju air agar tetap di sumur itu.

Begitu pula, seorang guru, dia harus dapat secara alamiah memberikan kesegaran dan kesejukan bagi siswanya. "Guru adalah sumur yang mampu menampung air secara terus-menerus dan memberikan manfaat air itu bagi kehidupan secara menyegarkan dan menyejukkan", kata Mbok Siti. Guru bukanlah air yang dikatakan segar setelah diberi ramuan obat penjernih.

Tidak ada komentar: