Jurnalistik kebangsaan Indonesia yang mampu memperkuat persepsi masyarakat Indonesia dalam mencintai bangsanya seakan mulai memudar terkikis oleh jurnalistik penistaan terhadap simbol negaranya. Saat ini, teramat sering, jurnalis menyuguhkan warna tulisan yang bersifat menghujat dan menistakan simbol negara daripada jurnalistik cerdas yang membangun bangsanya. Jika jurnalistik macam begini diteruskan tentu akan sangat mengikis rasa cinta terhadap bangsa dan negara sendiri.
Presiden menjadi bulan-bulanan berita miring yang belum tentu akurasinya dipertanggungjawabkan oleh penulis. Merah putih, Pancasila, dan simbol lain teramat mudah menjadi bahan gunjingan yang negatif. Seolah-olah, jurnalis tidak memunyai topik yang lebih cerdas daripada itu. Santapan empuk jurnalis Indonesia adalah kesimpangsiuran berita yang bisa jadi hanya hoax semata. Jurnalis yang cerdas dan berbudaya susah dijumpai melalui tulisannya.
Jauh sebelum merdeka, Indonesia diwarnai oleh jurnalis yang cerdas dan berbudaya dalam memberitakan fakta. Mereka bersatu-padu membela Indonesia agar lepas dari penjajah dengan gaya jurnalistik masing-masing. Tulisan mereka sangat kuat. Tulisan mereka sangat menyentuh alam bawah sadar insan Indonesia. Lalu, tulisan jurnalis kemerdekaan mampu mengantarkan kemerdekaan Indonesia. Jurnalis tersebut sebut saja Tjokroaminoto, Abdul Muis, Adam Malik, dan seterusnya.
Berkaca dari jurnalis kemerdekaan itu, seharusnya jurnalis masa kini bervisi pada Indonesia beradab dan berbudaya dalam kejayaan global. Semua tulisan diarahkan pada satu tujuan, yakni Indonesia menjadi negara yang makmur. Jurnalis modern yang masih berjuang demi bangsa Indonesia pascamerdeka. Lalu, siapa yang melakukan tugas jurnalis seperti itu?
Para jurnalis saat ini adalah pejuang bagi Indonesia menuju dunia global. Indonesia harus menjadi bangsa yang mampu menyejahterakan rakyatnya dalam percaturan dunia. Oleh karena itu, jurnalistik saat ini jangan hanya berkutat pada masalah pragmatis semata. Inti tulisan jangan hanya seputar instrumental dan kulit semata. Inti tulisan harus mengarah pada penggugahan alam bawah sadar rakyat Indonesia dalam menuju kesejahteraan Indonesia.
Topik jurnalistik yang hanya hujat-menghujat, politis, jegal-menjegal, dan membunuh karakter seseorang haruslah dikesampingkan. Yang menjadi aurs utama adalah jurnalistik yang berkebangsaan dengan satu tujuan kesejahteraan rakyat Indonesia. Arahkan alam bawah sadar manusia Indonesia ke pentingnya membangun bangsa Indonesia yang bersatu-padu dalam berperan serta membangun Indonesia. Tentu, diperlukan pelopor jurnalistik yang membumi dan berbasis budaya yang mencerdaskan bangsa Indonesia.
Topik jurnalistik yang merdeka dari aspek politis mudah diwarnakan manakala para jurnalis terbuka kesadarannya. Jurnalis yang hebat tentu bukan karena kehebohan tulisannya melainkan karena inspirasi yang kuat yang mampu dimunculkannya. Indonesia bukan negara yang mampu berjalan sendiri tanpa didukung oleh jurnalis yang nasionalis. Indonesia memerlukan jurnalis yang berdarah Indonesia dan berjiwa pahlawan bagi bangsanya. Bukan berarti, jurnalis tidak boleh mengkritisi. Bukan pula, jurnalis tidak boleh menginformasikan yang negatif. Semuanya diperbolehkan asalkan selalu bermuara pada kebaikan Indonesia kelak.
Jurnalis itu guru. Jurnalis itu pelita yang sanggup memberikan petunjuk jalan bagi warga Indonesia yang kegelapan. Oleh karena jurnalis itu guru, dia harus mampu memberikan petunjuk kebahagiaan bagi warga Indonesia. Dengan begitu, kelak Indonesia sejahtera lahir batin karena ditopang oleh jurnalis yang cerdas dan patriotik.
Kamis, 31 Desember 2015
Mimpi Indonesia, Mimpi Kita Semua
Indonesia harus bermimpi untuk membingkai laku yang akan dijalankan ke depan. Meskipun, rintangan, halangan, dan hambatan menutupi langkah dalam bermimpi. Mimpi itu perlu karena membawa alur kehidupan melintasi rintangan, halangan, dan hambatan itu. Indonesia tentu layak untuk bermimpi. Mimpi itu telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo di Tanah Surga, Papua. Kemudian mimpi, yang ditulis tangan itu dimasukkan ke kapsul waktu, yang kelak 70 tahun kemudian akan dilihat kembali tulisan itu untuk dicocokkan. Salut untuk Presiden Indonesia yang berani bermimpi.
Selama ini, kita seakan berada pada kondisi yang tidak sempat bermimpi akibat desakan kesibukkan dari waktu ke waktu. Padahal, ketika kecil, seseorang dipenuhi daya imajinasi yang mampu membumbui mimpi mereka masing-masing. Mimpi demi mimpi disulamkan ke dalam tindaka seorang anak kecil. Namun, mimpi itu seakan hilang akibat ulah pragmatis seseorang itu dengan ribuan alasan, yakni sibuk, tidak sempat, susah, dan sebagainya sehingga mimpi yang dahulu dicanangkan itu terselip entah ke mana seakan terlupakan. Mimpi ada tetapi entah ke mana.
Jokowi, Presiden Indonesia, di penghujung 2015, menuliskan mimpi bagi bangsanya, bangsa Indonesia. Mimpi tersebut mengingatkan kepada semua warga bangsa bahwa Indonesia adalah negara besar yang memunyai hak untuk bermimpi besar. Indonesia itu bukan negara kerdil dan kecil. Bukan pula, Indonesia itu negara miskin dan terlunta. Bukan itu Indonesia. Indonesia adalah negara dengan penduduk yang besar. Sumber Daya Alam melimpah dan bervariasi. Penduduknya sangat plural. Kaya laut dan garis pantai menjadi identitas Indonesia. Penduduknya sangat layak menjadi cerdas karena asupan yang penuh gizi di sekelilingnya. Untuk itu, sangat layak jika Indonesia bermimpi sebagai negara besar di dunia ini. Selamat Presiden Indonesia yang telah bermimpi mewakili anak bangsa yang lain.
Keberhasilan sesuatu biasanya bermula dari mimpi yang diformulasikan dengan baik sehingga menjadi aurora tindakan dalam perjalanan menempuh waktu. Memang, yang namanya mimpi kadang tidak sesuai dengan kondisi saat ini karena belum terjadi dan belum tergambar dalam pikiran seseorang. Oleh karena itu, sangat wajar jika seseorang menganggap mimpi sebagai ilusi semata. Banyak pula yang mengatakan bahwa mimpi itu tidak masuk akal. Ukuran menilai mimpi bukan dengan fakta sekarang karena pasti tidak akan pernah cocok. Ukuran mimpi itu adalah usaha dan upaya yang terus-menerus sehingga mewujudkan mimpi ke dalam suasana yang realistis.
Obama kecil, ketika masih siswa SD kelas V di Jakarta, menulis cita-cita seperti yang diminta gurunya. Tulisan cita-cita itu oleh Obama diberi judul "Cita-Citaku Menjadi Presiden." Ketika itu, orang lain akan tertawa dan mengejek setelah tahu tulisan Obama karena tidak mungkin jika dikaitkan dengan kondisi saat itu. Tidak disangka, tiga puluh tahun kemudian, Barack Obama, menjadi Presiden USA. Tentu, Obama juga lupa dengan tulisan saat siswa SD saat itu. Namun, alam mendorong dan mengawal tulisan itu sampai yang menulis mewujudkannya.
Lihat pula, Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam, saat masih SMA selalu memakai baju kebesaran gubernur dengan warna putih-putih. Baju itu dipajang di lemari kaca dan tiap hari dilihatnya. Teman lain mencibir kelakuan Nur Alam itu. "Kau gila Nur Alam, mana mungkin kau bisa jadi gubernur karena bukan pegawai negeri," ujar kawannya. Nur Alam cuek saja. Seolah baju putih-putih itu adalah mimpinya meskipun menurut logika saat itu tidak mungkin. Tidak disangka, 15 tahun berikutnya, Nur Alam menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara. Lagi-lagi, alam menangkap kehendak itu dan mendorong si pemakai baju putih-putih untuk menjadi gubernur yang sebenarnya. Allah maha tahu kepada manusia yang memunyai keinginan yang mendalam.

Gubernur Nur Alam
Lalu, teramat penting mimpi Presiden Joko Widodo untuk dikawal oleh semua anak bangsa agar ketika 2085 dapat terwujud dengan baik. Mimpi Jokowi itu sangat wajar ketika saat ini Indonesia mempunyai kelebihan yang masih tersembunyi. Pernik negatif yang ada selama ini merupakan warna proses perkembangan Indonesia untuk menjadi lebih baik.
Berikut 7 poin tulisan tangan Jokowi:
1. Sumber daya manusia Indonesia yang kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia
2. Masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius, dan menjunjung nilai-nilai etika
3. Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia
4. Masyarakat dan aparatur pemerintah yang bebas dari perilaku korupsi
5. Terbangunnya infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia
6. Indonesia menjadi negara yang mandiri dan paling berpengaruh di asia pasifik
7. Indonesia menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia

(sumber www.detik.com)
Sudah waktunya bangsa Indonesia berani bermimpi untuk masa depannya. Presiden Jokowi telah mewakili keberanian itu. Salut Pak Presiden!
Selama ini, kita seakan berada pada kondisi yang tidak sempat bermimpi akibat desakan kesibukkan dari waktu ke waktu. Padahal, ketika kecil, seseorang dipenuhi daya imajinasi yang mampu membumbui mimpi mereka masing-masing. Mimpi demi mimpi disulamkan ke dalam tindaka seorang anak kecil. Namun, mimpi itu seakan hilang akibat ulah pragmatis seseorang itu dengan ribuan alasan, yakni sibuk, tidak sempat, susah, dan sebagainya sehingga mimpi yang dahulu dicanangkan itu terselip entah ke mana seakan terlupakan. Mimpi ada tetapi entah ke mana.
Jokowi, Presiden Indonesia, di penghujung 2015, menuliskan mimpi bagi bangsanya, bangsa Indonesia. Mimpi tersebut mengingatkan kepada semua warga bangsa bahwa Indonesia adalah negara besar yang memunyai hak untuk bermimpi besar. Indonesia itu bukan negara kerdil dan kecil. Bukan pula, Indonesia itu negara miskin dan terlunta. Bukan itu Indonesia. Indonesia adalah negara dengan penduduk yang besar. Sumber Daya Alam melimpah dan bervariasi. Penduduknya sangat plural. Kaya laut dan garis pantai menjadi identitas Indonesia. Penduduknya sangat layak menjadi cerdas karena asupan yang penuh gizi di sekelilingnya. Untuk itu, sangat layak jika Indonesia bermimpi sebagai negara besar di dunia ini. Selamat Presiden Indonesia yang telah bermimpi mewakili anak bangsa yang lain.
Keberhasilan sesuatu biasanya bermula dari mimpi yang diformulasikan dengan baik sehingga menjadi aurora tindakan dalam perjalanan menempuh waktu. Memang, yang namanya mimpi kadang tidak sesuai dengan kondisi saat ini karena belum terjadi dan belum tergambar dalam pikiran seseorang. Oleh karena itu, sangat wajar jika seseorang menganggap mimpi sebagai ilusi semata. Banyak pula yang mengatakan bahwa mimpi itu tidak masuk akal. Ukuran menilai mimpi bukan dengan fakta sekarang karena pasti tidak akan pernah cocok. Ukuran mimpi itu adalah usaha dan upaya yang terus-menerus sehingga mewujudkan mimpi ke dalam suasana yang realistis.
Obama kecil, ketika masih siswa SD kelas V di Jakarta, menulis cita-cita seperti yang diminta gurunya. Tulisan cita-cita itu oleh Obama diberi judul "Cita-Citaku Menjadi Presiden." Ketika itu, orang lain akan tertawa dan mengejek setelah tahu tulisan Obama karena tidak mungkin jika dikaitkan dengan kondisi saat itu. Tidak disangka, tiga puluh tahun kemudian, Barack Obama, menjadi Presiden USA. Tentu, Obama juga lupa dengan tulisan saat siswa SD saat itu. Namun, alam mendorong dan mengawal tulisan itu sampai yang menulis mewujudkannya.
Lihat pula, Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam, saat masih SMA selalu memakai baju kebesaran gubernur dengan warna putih-putih. Baju itu dipajang di lemari kaca dan tiap hari dilihatnya. Teman lain mencibir kelakuan Nur Alam itu. "Kau gila Nur Alam, mana mungkin kau bisa jadi gubernur karena bukan pegawai negeri," ujar kawannya. Nur Alam cuek saja. Seolah baju putih-putih itu adalah mimpinya meskipun menurut logika saat itu tidak mungkin. Tidak disangka, 15 tahun berikutnya, Nur Alam menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara. Lagi-lagi, alam menangkap kehendak itu dan mendorong si pemakai baju putih-putih untuk menjadi gubernur yang sebenarnya. Allah maha tahu kepada manusia yang memunyai keinginan yang mendalam.

Gubernur Nur Alam
Lalu, teramat penting mimpi Presiden Joko Widodo untuk dikawal oleh semua anak bangsa agar ketika 2085 dapat terwujud dengan baik. Mimpi Jokowi itu sangat wajar ketika saat ini Indonesia mempunyai kelebihan yang masih tersembunyi. Pernik negatif yang ada selama ini merupakan warna proses perkembangan Indonesia untuk menjadi lebih baik.
Berikut 7 poin tulisan tangan Jokowi:
1. Sumber daya manusia Indonesia yang kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia
2. Masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius, dan menjunjung nilai-nilai etika
3. Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia
4. Masyarakat dan aparatur pemerintah yang bebas dari perilaku korupsi
5. Terbangunnya infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia
6. Indonesia menjadi negara yang mandiri dan paling berpengaruh di asia pasifik
7. Indonesia menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia
(sumber www.detik.com)
Sudah waktunya bangsa Indonesia berani bermimpi untuk masa depannya. Presiden Jokowi telah mewakili keberanian itu. Salut Pak Presiden!
Selasa, 22 Desember 2015
Guru Hebat dan Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan yang baik dapat diibaratkan sebagai kesuksesan
yang mendekati. Begitu pula, keberhasilan pembelajaran dapat dimaknai dari
kehebatan perencanaan yang dibuat oleh guru. Sebaliknya, pembelajaran yang
acakadut biasanya didahului oleh perencanaan pembelajaran yang buruk. Lalu,
bagaimanakah perencanaan pembelajaran yang bagus itu?
Perencanaan yang bagus ditandai oleh kelengkapan unsur,
sistematis, kemenarikan isi, kesesuaian dengan tujuan, dan aplikatif.
Kelengkapan unsur ditandai oleh keterpenuhan unsur tujuan, siswa, materi,
strategi, media, dan evaluasi. Sistematis ditandai oleh keterhubungan unsur
yang satu dengan yang lainnya sehingga membentuk keterpaduan. Kemenarikan isi
lebih ditentukan oleh penggunaan jalinan isi yang dikemas dengan menarik dan
menantang bagi daya belajar siswa. Kesesuain tujuan diwarnai oleh hubungan yang
jelas dengan tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran yang telah digariskan
dalam kjurikulum yang berlaku. Aplikatif bermakna bahwa yang direncanakan itu
dapat diterapkan dengan baik tanpam kendala.
Ketika perencanaan dianggap penting bagi sebuah kesuksesan,
pemahaman dan kemampuan memproduksi perencanaan yang baik sangat dipentingkan.
Pemahaman dan kemampuan itu tentu saja tidak datang dari langit begitu saja.
Pemahaman dan kemampaun merencanakan selalu bermula dari proses yang panjang
dalam berpraktik. Oleh karena itu, guru yang hebat hendaknya senantiasa selalu
berlatih membuat perencanaan.
Perencanaan pembelajaran yang ada selama ini terlihat
statis, tidak sistematis, tidak aplikatif, dan membingungkan arah karena dibuat
secara parsial. Banyak perencanaan yang bersumber dari penggandaan dari
perencanaan yang sudah ada alias copypaste. Guru yang terjebak pada tradisi
copypaste selalu bermental jalan pintas, apa adanya, dan tidak mau susah-susah.
Padahal, sebenarnya, guru tersebut memunyai kemampuan lebih namun mereka tidak
yakin akan kemampuan sendiri. Guru seperti itulah yang dapat dikatakan sebagai
perusak sistem pendidikan di Indonesia.
Sebaliknya, ada juga guru yang senantiasa mampu menunjukkan
perencanaan yang baik. Kemudian, dalam pembelajaran, guru tersebut menunjukkan
keberhasilan mengajar yang baik pula. Mereka yakin bahwa perencanaan mampu
menentukan keberhasilan penerapan di kelas. Mereka juga yakin bahwa perencanaan
dapat mengisi kekosongan berpikir ketika mengajar di kelas. Perencanaan yang
dibuat dapat dipahami secara tersistem dan mudah diterapkan.
Ada empat modal untuk menjadi guru yang hebat terkait dengan
perencanaan pembelajaran. Modal itu adalah fokus, lokus, modus, dan habitus.
Fokus bermakna bahwa pembelajaran harus terpusat pada tujuan yang diharapkan
secara rnci dan detail. Lokus artinya konteks pembelajaran menjadi perhatian
penting dalam menyusun perencanaan, seperti kapan, di mana, siapa, apa, dan
mengapa pembelajaran dilakukan. Modus adalah strategi dan metode yang dipakai
dalam membuat perencanaan yang baik. Habitus adalah pembiasaan yang tiada henti
dalam membuat perencanaan sampai mampu dengan otomatis dalam membuat
perencanaan.
Di era sekarang, tuntutan guru berkualitas sangat
diharapkan. Guru yang setengah-setengah berkualitas atau tidak berkualitas
sekaligus menjadi sampah yang perlu dipinggirkan. Kemudian, guru berkualitas
dipantau dan dibantu dengan baik dalam memproduksi perencanaan. Indonesia
memerlukan guru yang liahi dalam membuat perencanaan sehingga tetap sasaran.
Lalu, bagaimana kondisi perencanaan yang dibuat guru saat
ini? Mengapa guru selalu dianggap memunyai kekurangan dalam membuat
perencanaan? Bagaimana strategi yang hebat dalam membangun guru yang inspiratif?
Pertanyaan itulah yang selama ini perlu dijawab dalam rangka menguatkan
perencanaan yang dibuat oleh guru.
Jumat, 18 Desember 2015
Mendikbud Anies: Kurikulum 2013 Tetap Dilaksanakan Bertahap
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan
menyesalkan manipulasi pemberitaan melalui media daring dan media sosial
terkait penerapan kembali kurikulum tahun 2006 pada tahun 2016.
Sementara berita tidak benar itu berasal dari tautan berita lama ( 2014)
yang diunggah kembali. Ditemui usai menghadiri rapat kerja bersama
dengan Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI bertajuk Rancangan
Anggaran 2016, Senin malam (14/12/2015), Mendikbud mengungkapkan,
pemberitaan itu adalah manipulasi informasi, yang dapat menimbulkan
kebingungan.
“Ini
tindakan sangat tidak terpuji, manipulasi informasi, sedang
dipertimbangkan untuk menempuh tindakan hukum,” ujarnya, di Jakarta,
Senin malam (14/12/2015).
Sebagai
informasi, ada beberapa situs dan akun media sosial Facebook yang
gencar menghembuskan isu mengenai penerapan Kurikulum 2006 dengan judul
“Pemberitaan Semua Sekolah Wajib Kembali ke Kurikulum 2006, Mulai
Semester Genap Tahun 2015". Pemberitaan tidak benar itu telah pernah
diunggah pada awal Desember 2014, kemudian diunggah kembali pertengahan
Desember 2015 sehingga mengesankan sebagai berita Baru mengenai
kebijakan baru Kemendikbud.
Mendikbud mengungkapkan akan mempertimbangkan
langkah hukum atas lansiran media daring yang berisi penerapan kurikulum
tahun 2006 tersebut. “Kami mempertimbangkan langkah hukum karena
diposting di website, pengunjung website jadi tinggi, rating iklan
meningkat. Itu menjangkau yang salah, karena berita tidak benar”, tegas
Menteri Anies
Mendikbud
menegaskan untuk tidak mengembalikan kurikulum kepada kurikulum tahun
2006. “Tidak pernah ada rencana (kurikulum) kembali ke tahun 2006,
mengenai penerapan dua kurikulum itu adalah peralihan kurikulum ada
periode transisi. Sehingga, ada sekolah yang secara bertahap menerapkan,
ada yang belum”, jelas Mendikbud Anies.
Perkembangan
penerapan kurikulum 2013, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun
2006 dan Kurikulum 2013 menjelaskan satuan pendidikan dasar dan
pendidikan menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013 sejak semester
pertama tahun pelajaran 2014/2015 kembali melaksanakan Kurikulum Tahun
2006 mulai semester kedua tahun pelajaran 2014/2015 sampai ada ketetapan
dari Kementerian untuk melaksanakan Kurikulum 2013.
Batas waktu
penggunaan kurikulum tahun 2006 adalah paling lama sampai dengan tahun
pelajaran 2019/2020. Sedangkan, satuan pendidikan dasar dan
pendidikan menengah yang telah melaksanakan Kurikulum 2013 selama 3
(tiga) semester tetap menggunakan Kurikulum 2013. Satuan pendidikan
dasar dan pendidikan menengah yang belum melaksanakan Kurikulum 2013
mendapatkan pelatihan dan pendampingan bagi kepala satuan pendidikan,
pendidik, tenaga kependidikan, dan pengawas satuan pendidikan. Pelatihan
dan pendampingan sebagaimana dimaksud adalah bertujuan meningkatkan
penyiapan pelaksanaan Kurikulum 2013. (Sumber: Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendibud, 15/12/2015)
Rabu, 28 Oktober 2015
Cara Mudah Kerjakan Soal UKG 2015
Jangan gentar dengan Uji Kompetensi Guru (UKG) yang disajikan oleh pemerintah. UKG itu semata-mata untuk kebaikan pendidikan di Indonesia. Asal Anda membaca permendikbud yang mengatur pendidikan, misalnya permendikbud 103 dan 104 tahun 2014 tentang pembelajaran dan penilaian lalu ditambah dengan pengalaman Anda mengajar, tentu soal paedagogis dapat terjawab. Lebih jauh, guru harus membaca aturan lainnya untuk memperkaya. Memang salah satu ugas guru adalah membaca, bukan?
Kemudian, guru tentu memunyai keahlian sesuai dengan bidangnya. Kuatkan keilmuan guru untuk menjawab soal berkait dengan bidang studi. Lalu, apanya yang susah? Soal tentu tidak dibuat untuk menyakitkan guru. Soal dibuat sesuai dengan standar seorang guru.
Jadi, jangan takut dengan UKG. Uji
Kompetensi Awal (UKA) bagi guru adalah untuk mengukur kompetensi dasar tentang
bidang studi (subject matter) dan
pedagogik dalam domain content. Kompetensi
dasar bidang studi yang diujikan sesuai dengan bidang studi sertifikasi (bagi
guru yang sudah bersertifikat pendidik) dan sesuai dengan kualifikasi akademik
guru (bagi guru yang belum bersertifikat pendidik). Kompetensi
pedagogik yang diujikan adalah integrasi konsep pedagogik ke dalam proses
pembelajaran bidang studi tersebut dalam kelas.
Bagaimanakah rincian soalnya? Pengembangan
instrumen UKA terdiri atas kisi-kisi dan butir soal. Soal UKA dikembangkan oleh
Tim Ahli dengan bentuk soal obyektif tes jenis pilihan ganda dengan 4 opsi
pilihan jawaban. Komposisi instrumen tes adalah 30% kompetensi pedagogik dan
70% kompetensi profesional dengan waktu pengerjaan soal ujian adalah 120 menit
dan jumlah soal maksimal 100 butir soal. Kecuali guru Tuna Netra waktu yang
diberikan 180 menit.
Peserta
UKA hanya mendapatkan soal ujian sesuai dengan mata pelajaran yang telah
ditentukan seperti tersebut di atas. Informasi mata uji peserta UKA
masing-masing peserta dan kisi-kisi dapat dilihat pada laman http://sergur.kemdiknas.go.id atau pada beberapa
links alternatif dari beberapa materi pelajaran di bawah ini :
-
Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Administrasi Perkantoran
Selamat mempersiapkan diri. Garduguru turut berdoa agar guru-guru senantiasa sukses segalanya. UKG jangan menjadi beban tetapi harus menjadi pemicu semangat untuk berkarya demi Indonesia yang lebih berjaya. Lakukan persiapan, baca segala informasi terkait dengan isi soal, latihan soal, dan berangkat dengan hati senang akan menguatkan keberhasilan Anda.
Cita-Cita Anak Bergantung pada Informasi yang Didapatnya
Benarkah cita-cita seorang anak murni datang dari seorang anak secara serta merta? Rasanya tidak serta merta tetapi berawal dari informasi keteladanan yang diperolehnya, baik dari mendengarkan, melihat, membaca, maupun berdisikusi dengan orang lain. Untuk itu, semakin anak mendapatkan informasi yang lengkap tentang keberhasilan seseorang dalam hidupnya, semakin anak akan bercita-cita dengan bagusnya. Sebaliknya, semakin anak tidak mendapatkan informasi apa-apa, semakin dia tidak mempunyai cita-cita yang jelas dan bagus.
Ada kisah nyata. Di siang hari, di Konjen RI Los Angeles, Oktober 2015, Kepala Konjen Bapak Umar Hadi menanyai cita-cita pramuka (anak-anak) yang datang ke Konjen itu. Hasilnya tidak ada satu pun yang menjawab tentang cita-cita sebagai diplomat. Bapak Umar Hadi menggeleng-gelengkan kepala sambil berucap, "Mengapa tidak ada yang bercita-cita sebagai diplomat?"
Lalu, Bapak Umar Hadi menjelaskan tugas seorang diplomat dengan menariknya. Setelah menjelaskan tugas seorang diplomat itu, Umar Hadi kembali menanyakan, "Ada nggak yang bercita-cita diplomat?" Langsung ada dua anak yang mengacungkan tangan kalau ia bercita-cita sebagai diplomat. Umar Hadi masih terus bercerita lagi tentang tugas juru damai atau sang diplomat. Kemudian, dia menanya lagi tentang cita-cita anak-anak terkait dengan diplomat. Yang mengangkat tangan lebih banyak lagi.
Nah, terlihat bahwa cita-cita anak-anak bergantung pada informasi yang diperolehnya. Semakin anak banyak menerima informasi tentang dunia pekerjaan ang bagus-bagus tentu semakin anak memunyai pilihan yang menarik. Untuk itu, berilah anak-anak ragam informasi pekerjaan.
Guru di kelas jangan sampai memberikan informasi ketokohan dengan cara terbatas. Berceritalah tentang aneka macam pekerjaan yang menyenangkan. Berilah keunikan yang muncul dari sebuah pekerjaan. Niscaya, pekerjaan anak kelak akan lebih beragam dan inovatif. Buku-buku tentang keteladanan berikan dengan baik.
Ada kisah nyata. Di siang hari, di Konjen RI Los Angeles, Oktober 2015, Kepala Konjen Bapak Umar Hadi menanyai cita-cita pramuka (anak-anak) yang datang ke Konjen itu. Hasilnya tidak ada satu pun yang menjawab tentang cita-cita sebagai diplomat. Bapak Umar Hadi menggeleng-gelengkan kepala sambil berucap, "Mengapa tidak ada yang bercita-cita sebagai diplomat?"
Lalu, Bapak Umar Hadi menjelaskan tugas seorang diplomat dengan menariknya. Setelah menjelaskan tugas seorang diplomat itu, Umar Hadi kembali menanyakan, "Ada nggak yang bercita-cita diplomat?" Langsung ada dua anak yang mengacungkan tangan kalau ia bercita-cita sebagai diplomat. Umar Hadi masih terus bercerita lagi tentang tugas juru damai atau sang diplomat. Kemudian, dia menanya lagi tentang cita-cita anak-anak terkait dengan diplomat. Yang mengangkat tangan lebih banyak lagi.
Nah, terlihat bahwa cita-cita anak-anak bergantung pada informasi yang diperolehnya. Semakin anak banyak menerima informasi tentang dunia pekerjaan ang bagus-bagus tentu semakin anak memunyai pilihan yang menarik. Untuk itu, berilah anak-anak ragam informasi pekerjaan.
Guru di kelas jangan sampai memberikan informasi ketokohan dengan cara terbatas. Berceritalah tentang aneka macam pekerjaan yang menyenangkan. Berilah keunikan yang muncul dari sebuah pekerjaan. Niscaya, pekerjaan anak kelak akan lebih beragam dan inovatif. Buku-buku tentang keteladanan berikan dengan baik.
Selasa, 27 Oktober 2015
Sang Profesor: Pedang di Kanan, Keris di Kiri
Oleh Suyatno
Chairil Anwar, dalam puisi Diponegoro,
menggunakan pilihan kata pedang di kanan, keris di kiri untuk
menggambarkan kesiapsediaan seseorang dalam menghadapi tantangan dengan senjata
yang lengkap di semua lini. Menurut sastrawan dari Tanah Deli itu, semangat
berjuang yang hebat harus meledak-ledak bagaikan bara menjadi api. Selayaknya,
semangat seseorang dalam menghadapi situasi seberat apapun harus tangguh dengan
jiwa berani. Masyarakat Jawa, jauh sebelum Chairil Anwar di tahun 1945-an, juga
sudah mengenal semangat tinggi dengan pepatah rawe-rawe rantas,
malang-malang putung. Penyanyi dangdut Meggie Z. melantunkan lagu percuma
saja berlayar kalau kau takut gelombang, percuma saja bercinta kalau kau takut
sengsara untuk menggambarkan keharusan seseorang untuk berani menghadapi
tantangan. Orang Surabaya lebih mengenal kalah cacak, menang cacak
untuk menguatkan keberanian dirinya.
Pedang di kanan, keris di kiri terasa layak jika disematkan ke sosok guru
besar saat ini. Sosok yang berada di jabatan tertinggi dari komunitas dosen itu
telah mempunyai senjata lengkap, selengkap kapal dengan lautnya. Senjata
lengkapnya adalah predikat guru yang besar di pundaknya. Berkah pengiringnya
adalah tunjangan yang berlebih daripada tunjangan pengajar mahasiswa di
bawahnya. Situasi untuknya adalah peluang yang besar untuk melakukan penelitian
sebidangnya. Lalu, mitosnya adalah penemu sesuatu yang berguna bagi
masyarakatnya.
Sejarah tentu mewarnai dinamika sang guru
besar. Dari waktu ke waktu, dari segala negara dan bangsa, sosok profesor
diberikan arti yang mengunci predikatnya. Temuan demi temuan banyak yang
berasal dari tangan ketekunannya. Teori demi teori mengalir deras dari sentuhan
pikirannya. Konsep demi konsep terbingkai dari pandangannya. Pembaharuan memang
selayaknya bersumber dari aliran deras gagasannya. Sebut saja, Prof. Charles
Darwin dikenal karena teori evolusi. Prof. Enstein mengibarkan teori
relativitas. Prof. Rene Wellek mengembang dengan teori intrinsik dan ekstrinsik
sastra. Begitu pula, guru besar lainnya memberikan arti dalam dunia kehidupan
akademik dan nonakademik.
Ibarat patah tumbuh hilang berganti, gerbong
guru besar selanjutnya tentulah tidak akan pernah menapikkan arti sesungguhnya
dari mitos yang telah berkembang di masyarakat. Gerbong itu adalah sosok guru
besar baru atau muda yang seharusnya mempunyai rasa rindu dengan warna guru
besar pendahulunya. Tangan akan ditutupkan ke muka jika tidak melakukan
apap-apa padahal guru besar terdahulu memberikan apa-apa. Mereka rindu akan
pertumbuhan kualitas hidup akibat kiprahnya. Mereka akan resah jika tidak
memberikan sebungkus guna di gerbang penampakan orang lain. Lalu, mereka akan dimurkai
oleh mitos sendiri jika tidak memberikan temuan apapun namanya.
Air yang sibuk menandakan tidak dalam. Air
yang tenang memberikan kedalaman. Jika kesibukan rutinitas bertubi-tubi dengan
irama mekanik, tentu, kesibukan itu menandakan permukaan. Badan lelah, pikiran
kusut, tulang nyeri, dan kaki kaku mengental dalam diri yang bertugas mekanikal
yang rutin tanpa berada di kedalaman. Kesibukan lalu menjerat kiprah sang
inovator dan kreator kehidupan. Janganlah sampai, sosok guru besar terlalu
asyik dengan mekanikal yang menutup kelambu kesejatian fungsi dan manfaat
penyandang yang dimilikinya. Ketenangan yang beriringan dengan konsentrasi
keilmuan dalam gagasannya harus dimunculkan dengan kesengajaan agar didapat
kedalaman. Ujung-ujungnya, kedalaman itu akan memberikan jalan bagi sebuah
kapal besar yang akan melintasinya.
Unesa adalah sebuah kapal besar yang
memerlukan penanda-penanda besar pula. Penanda besar itu diharapkan sanggup
menarik kepedulian khalayak untuk memanfaatkan Unesa. Penanda besar itu tentu
akan dapat diberikan oleh orang yang berjiwa besar. Dia mempunyai pemikiran
besar. Tatapan hidupnya untuk sebuah kebesaran lembaga. Dialah sang guru besar.
Setakat ini, keberhasilan besar dari sebuah
kiprah sosok guru besar sangat dinanti-nanti. Karena waktu memang menyatakan
sudah saatnya, momentum kiprah memang juga seharusnya dikibarkan. Karena jalan
sudah diperhalus, sudah saatnya mobil melintas sesuai fungsinya. Karena kolam
sudah dibangunkan, sudah saatnya ikan memberikan gerakan menariknya. Itulah
saat yang tepat untuk memberikan rasa mantap. Memang, guru besar sudah berada
di saatnya memberikan manfaat yang sebenar-benarnya manfaat. **
Menanamlah Kau akan Memanen
Ibarat bertani, jika
seseorang menanam tumbuhan produktif di ladang yang subur, kemungkinan besar
dia akan memanen tumbuhan itu daripada orang lain yang tidak menanam sebiji pun
tumbuhan produktif. Memang, kemungkinan tidak memanen juga ada meskipun sudah menanam
karena kesalahan musim atau terkaman gangguan dari alam dan hewan. Namun, yang
jelas, menanam itu lebih mungkin mendapatkan hasil dibandingkan yang tidak
menanam.
Pola memberi dan
menerima seperti juga menanam dan memanen itulah yang juga diwarnakan kepada
para pekerja yang berkinerja. Banyak pekerja tetapi belum tentu berkinerja.
Banyak terjadi bahwa pekerja hanya sebagai label namun kenyataannya dia tidak
bekerja sehingga tidak tampak kinerjanya. Secara hukum seseorang dikatakan
pekerja karena dibuktikan oleh surat penunjukkan yang sah. Namun, dalam
kenyataan, seseorang dapat lupa kalau label dirinya bekerja bukan berdiam diri
tanpa rasa.
Semua orang teramat
paham jika kata pekerja itu merujuk pada label fungsi. Seseorang dikatakan
pekerja karena bekerja. Sama juga dengan seseorang yang disebut petani jika dia
bertani. Peternak karena berternak. Penulis karena menulis. Itulah label fungsi
yang memunyai bentuk dan hasil yang dapat dicocokkan dengan fungsinya.
Unesa kini masuk ke
babak pemaknaan fungsi yang disesuaikan dengan bentuk dan hasilnya kepada para
warganya. Jika berkinerja tinggi, warga Unesa akan mendapatkan penghargaan yang
tinggi pula. Begitu pula sebaliknya, jika berkinerja rendah karena tidak
ditunjukkan dari bekerja secara nyata, dia akan mendapatkan hasil panen yang
tidak seberapa bagus dibandingkan kawan lainnya yang berkinerja tinggi. Itulah
yang disebut remunerasi yang sebanding dan seimbang.
Jadi, remunerasi yang
sehat adalah penghargaan yang sebanding dan seimbang. Kata sebanding dan
seimbang merujuk pada pengukuran dan penilaian yang akurat. Jika tidak akurat,
kesebandingan dan keseimbangan akan luntur tanpa bermakna apa-apa. Untuk itu,
pengukuran dan penilaian yang sebanding dan seimbang itu haruslah terlihat
nyata dan jelas agar tidak terjadi multitafsir.
Multitafsir tentu akan
mendatangkan bencana baru karena sesama pekerja akan membandingkan dan
menyeimbangkan kinerja satu dengan kinerja yang lain dengan persepsi
masing-masing. Persepsi yang sangat berbeda itulah akan merusak kinerja
seseorang sehingga semangat untuk berproduksi menjadi turun ke tingkat paling
rendah. Multitafsir biasanya berasal dari kenyataan yang tidak berbanding lurus
dengan peraturan sebagai bentuk perencanaan.
Tentu, remunerasi di
Unesa akan melampaui pusaran persepsi lama yang berujung pada cibiran karena
biasanya seseorang lebih nyaman dengan pola yang lama. Jika memang yakin akan
memberikan motivasi berkinerja lebih tinggi, remunerasi harus terus dijalankan
sambil memperbaiki sistem yang diasakan kurang. Biasalah, semua hal baru akan
mendapatkan perlawanan angin karena memang belum dikenali dan masih
berkonsolidasi pikiran. Remunerasi Unesa harus jalan terus sesuai dengan
harapan yang tersirat jelas. Siapa yang menanam, dia akan memanen.
Langganan:
Postingan (Atom)