Kamis, 03 Maret 2016

Guru Hebat Indonesia: Diperlukan Keberanian Melompati Tembok Penghalang

Guru biasa menjelaskan. Guru baik mendemonstrasikan. Guru hebat menginspirasikan. Guru Indonesia dapat menjadi hebat sehebat guru di sekolah terbaik dunia. Itu bukan isapan jempol. Itu juga bukan ocehan semata. Semua itu dapat menjadi kenyataan di alam Indonesia. Negara yang kaya raya akan sumber daya alam ini.

Kok bisa menjadi guru hebat? Bisa saja, guru Indonesia menjadi sangat hebat. Syarat untuk menjadi hebat adalah keberanian sosok guru untuk melompati tembok penghalang dirinya sendiri. Tembok penghalang itu adalah (1) perrsepsi guru yang mengatakan bahwa mengajar itu seperti gaya gurunya dulu mengajar; (2) sempitnya ruang berpikir yang menyatakan bahwa metode mengajar itu hanyalah ceramah; (3) rendah diri yang menunjukkan bahwa "Saya hanyalah seorang guru biasa"; (4) cepat puas yang ditandai oleh kata "begini saja sudah cukup, nyatanya muridku juga berhasil."; (5) memelas yang ditunjukkan oleh pernyataan "saya sudah tua, biar yang muda saja yang berubah,"; (6) malas diri yang ditunjukkan oleh buku yang dibaca hampir sama dengan buku yang didalami saat berkuliah dulu, tidak ada penambahan buku yang berarti; (7) gaya baku dan beku yang ditunjukkan oleh gaya mengajar yang itu-itu terus tanpa perubahan dan malah guru tersebut merasa puas; (8) pelit dan irit yang ditunjukkan dengan ketidakmauan untuk mengikuti pelatihan atau kursus yang dapat meningkatkan diri jika disuruh membayar dan maunya gratis; (9) penguasa tunggal yang ditunjukkan oleh sikap sebagai penguasa kelas dan siswa tanpa mau mendengarkan keluhan belajar siswa akibat ketidakcocokan persepsi anak dengan guru; dan (10) tidak menghargai prestasi ditunjukkan oleh ketidaksadaran bahwa dirinya sudah memperoleh sertifikasi yang berarti itu semua merupakan penghargaan bagi dirinya.

Padahal, dari sisi gizi terbaik, guru mendapatkan tiap hari dari asupan sayuran, buah, dan makanan lainnya yang tumbuh di tanah subur Indonesia. Gizi yang diperoleh itu seharusnya mampu mendongkrak pertumbuhan otak dan diri guru. Dari sisi jejaring, guru memunyai para pakar yang asli Indonesia sehingga sangat mudah untuk belajar. Dari sisi sumber informasi, guru saat ini akan dengan mudah untuk mengaksesnya melalui dunia maya. Dari sisi kesempatan, guru dapat memanfaatkan untuk maju dan berkembang karena telah dibuka peluang untuk belajar lagi, berprestasi, dan berkembang melalui dinas terkait dan perguruan tinggi di tanah airnya. Lalu, apa yang kurang?

Guru harus berani untuk melewati tembok penghalang. Tembok itu tidak lain dan tidak bukan adalah dirinya sendiri. Meloncatlah. Guru yang meloncat akan menemui penghalang. Itu pasti. Penghalang itu sebenarnya adalah gesekan yang mempertajam kepandaian guru. Proses itu dapat melelahkan. Bukankah orang yang sukses selalu diawali oleh proses yang melelahkan. Namun, di balik melelahkan itu terdapat pelajaran yang sangat berharga bagi masa depan guru.

Guru jangan cepat puas dengan yang diperoleh saat ini. Guru harus berani merefleksikan perkembangan dirinya melalui cermin. Cermin itu adalah siswa, guru lain, kepala sekolah, dan diri sendiri. Guru jangan sampai takut untuk merefleksikan diri sendiri. Guru yang terbiasa merefleksikan diri sendiri akan cepat keluar dari tembok penghalang.

Guru Indonesia dapat menjadi hebat sehebat guru di sekolah lainnya di dunia ini. Percayalah. Syaratnya adalah keberanian guru untuk bermimpi yang sangat berani demi prestasi siswanya. Cobalah guru memasang target keberhasilan tiap tahun. Lakukan yang terbaik. jangan terlena dengan rasa kekurangan yang telah disebutkan di atas.

Dunia metode pembelajaran tidak seluas daun kelor. Metode pembelajaran jumlahnya berjibun. Metode itu bebas dipakai oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus berani untuk berubah-ubah gaya mengajar dengan metode yang bervariasi pula. Kemampuan mengubah gaya itulah jalan terbaik untuk menjadi guru hebat. Kalau tidak sekarang, guru akan melakukan kapan lagi?

Banyak guru yang membaca tulisan seperti ini langsung mencibir, "Ah, itu khan hanya omongan saja. Yang melakoni ini setengah mati." Namun, jika guru tidak cepat untuk menilai, tentu dia akan mendapatkan hikamh tertentu yang mampu menaikkan derajatnya. Untuk itu, ayolah melompati tembok penghalang diri sendiri. Jadilah guru yang hebat.

Cobalah berpikir agak luas sedikit. Kemampuan mengajar guru itu bukan hanya untuk diri sendiri dan siswa semata.  Kemampuan mengajar guru itu sebenarnya untuk membuka kehebatan Indonesia dalam membawa bangsanya ke alam yang maju dan beradab. Indonesia yang maju dan beradab harus diawali oleh keterbukaan dan kesediaan guru untuk berjuang lebih mendalam lagi.

Indonesia ini milik guru juga. Gurulah yang berani memimpikan ke depan dengan gaya mengajarnya di kelas. Guru harus berdarah Indonesia yang tulen. Pikirannya adalah pikiran kemajuan dan keberadaban Indonesia. Caranya, melompatlah dari penghalang diri. Bravo guru Indonesia.

Guru Kabupaten Alor: Semangat Dongkrak Hasil UN Siswa

Alor, kabupaten di Kepulauan Timur Laut dari Kota Kupang, yang berbatasan laut dengan Timor Timur tidak mau tertinggal dari kabupaten soal UN bagi siswanya. Meskipun, tahun 2015, Kabupaten Alor ranking kelima se-NTT. Mereka ingin, UN siswa di Alor menunjukkan prestasi tinggi dengan cara bersih dan halal. Kata kuncinya adalah menguatkan kompetensi guru di bidang mata pelajaran masing-masing.

Untuk itu, bekerja sama dengan Universitas Negeri Surabaya, Dinas Pendidikan Kabupaten Alor melaksanakan pelatihan penjabaran SKL UN bagi siswa SMP dan SMA. Sekitar 400 guru bidang studi yang di-UN-kan diundang untuk mengikuti pelatihan selama 4 hari, yakni 9--13 Februari 2016 di Aula Dinas dan di ruang kelas SMP/SMA Santo Josef Kalabahi Alor.

Unesa menurunkan 12 dosen pilihan untuk mendampingi guru-guru dari membedah SKL sampai membuat soal untuk pelatihan bagi siswa masing-masing menjelang UN. Guru-guru terlihat senang dan merasakan hasilnya. mereka mempunyai tambahan ilmu dalam mengemas dan mengelola soal dalam rangka UN. Cara praktis mendampingi siswa juga dibimbingkan agar kelak mereka dapat dengan mudah memfasilitasi siswanya.


Pendidikan Bela Negara di Bojonegoro: Pementasan Hasilnya Memuaskan

Belajar dengan hasil tinggi biasanya diperoleh dari kegiatan yang praktik langsung. Hasilnya dapat 80% melekat di pikiran dan ingatan anak. Pola itulah yang dipakai oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro dalam melaksanakan pelatihan Bela Negara dan Pemberantasan Narkoba bagi siswa SMA/SMK/MA se-Kabupaten Bjonegoro.

Saat itu, ada 50 siswa yang duduk melingkar untuk menentukan naskah yang akan dipentaskan dua hari kelak. Mereka ramai berdebat untuk menentukan peran anggota dalam pementasan yang akan ditonton 300-an siswa yang diundang untuk menikmati pentas mereka. Isi debat terfokus pada bela negara dan antinarkoba. Suasana terlihat riuh. Selang satu jam, wakil mereka berani menyatakan kalau naskah gambaran naskah dan pementasan selesai.

Mereka sangat cepat menentukan topik, membuat kerangka naskah, dan menentukan tokoh yang akan pentas. Kecepatan itu terjadi setelah paginya mereka mendapatkan materi tentang bela negara dan antinarkoba. Setelah mengumpulkan naskah kasar, mereka pulang.

Hari kedua, 50-an peserta itu mendapatkan suntikan motivasi berbangsa dan bernegara oleh Garduguru. Mereka mengeluarkan semangat yang tinggi karena motivasi disajikan dengan cara menarik, lewat lagu, gerakan, yel, dan pembisikan. Siswa yang masih tumbuh pemahaman berbangsa dan bernegara itu semakin mengentalkan konsepnya untuk pementasan. Kemudian, tim Binmas Polres Bojonegoro dan Tim Antinarkoba juga menguatkan kembali aspek yang paling penting menjadi pemuda pelopor.

Siangnya, mereka membagi peran untuk melatih diri sesuai dengan naskah. Di tempat lain, ada siswa yang mulai menyiapkan properti. Mereka terlihat asyik. Panitia pengarah memberikan bimbingan intensif didampingi Garduguru. "Pementasan besok harus terpola dengan serius seperti pertunjukkan pada umumnya," kata Suyanto, panitia yang mendampingi. Dengan begitu, penjiwaan siswa sangat maksimal.

Pembelajaran dengan praktik berdrama memang sangat memberikan hasil yang melimpah. Bahkan, kenangan pentas akan dikenang sampai anak tersebut menjadi tua. Mereka akan bercerita pengalaman pentas ke anak cucunya.

Untuk itu, pelatihan bela negara sangat tepat jika dilakukan dengan cara pentas. Jangan hanya sekadar ceramah untuk menguatkan bela negara keada siswa. Jika hanya ceramah, kapasitas pengetahuannya akan habis hanya tiga bulan berikutnya.

Kegiatan yang dilaksanakan pada 7--10 Februari di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro itu memang sangat berkesan. Siswa menyatakan bahwa kegiatan semacam ini sangat memberikan kesan yang tidak dilupakan. "Jiwa kami demi Indonesia," teriak salah satu siswa. Apalagi, yang dipentaskan adalah adegan perjuangan bangsa seperti perobekan bendera Belanda di Surabaya, Perang gerilya, penolakan pemuda terhadap narkoba, dan seterusnya.