Selasa, 24 Mei 2011

Otak Siswa Semakin Cerdas jika Diimbangi Olahraga

Belajar sambil melakukan (learning by doing) semakin mendapatkan penegasan setelah diakui bahwa olahraga mencerdaskan siswa. Belajar sambil melakukan merupakan jenis belajar yang berada pada konteks olahraga. Lawan dari metode itu adalah belajar dengan cara ceramah.


Detikhealth melaporkan bahwa olahraga tidak hanya membuat tubuh jadi lebih bugar, pikiran juga ikut segar sehingga lebih mendukung proses belajar. Menurut penelitian terbaru, olahraga 5 kali sepekan bisa meningkatkan prestasi belajar siswa antara 55 hingga 68 persen.

Penelitian yang melibatkan ratusan siswa Sekolah Dasar di Charleston ini dilakukan oleh ilmuwan dari Medical University of South Carolina Children's Hospital. Hasilnya telah dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Pediatric Academic Societies di Denver awal bulan ini.

Dalam peneltian tersebut, siswa kelas 1 hingga kelas 6 diwajibkan mengikuti tambahan jam olahraga selama 40 menit/hari sebanyak 5 kali tiap pekan. Sebelumnya seperti dikutip dari Medicinenet, Rabu (4/5/2011), siswa hanya berolahraga sekali dalam sepekan dengan durasi sama yakni 40 menit.

Jenis olahraganya sengaja dipadukan dengan aktivitas belajar siswa. Misalnya kelas 1-2 belajar berhitung dengan naik turun tangga yang diberi warna, sementara kelas 3-6 diajak jogging di atas treadmill sambil membuka-buka materi pelajaran geografi.

Sebelum dan sesudah eksperimen tersebut, ilmuwan mengukur kemampuan para siswa menerima pelajaran. Hasilnya, setelah jam olahraga ditingkatkan menjadi 5 kali/pekan maka prestasi belajar meningkat cukup signifikan yakni antara 55 hingga 68,5 persen.

Temuan ini menunjukkan bahwa makin sering siswa melakukan aktivitas fisik maka prestasi belajar akan meningkat. Peningkatannya akan lebih efisien jika aktivitas fisik tersebut juga dipadukan dengan proses belajar, sehingga tidak membutuhkan waktu tersendiri.

Berbagai penelitian sebelumnya memang menunjukkan, aktivitas fisik terbukti bisa meningkatkan fungsi otak. Menurut penelitian tahun 2010, jalan kaki 40 menit sehari sebanyak 5 kali/pekan bisa menjaga fungsi kognitif atau kecerdasan pada lansia maupun kaum muda. (sumber: detikhealth.com)

Kamis, 19 Mei 2011

Nilai UN Sempurna, Wajarkah?: Atik, Siswi SMKN 1 Bantul, Raih Nilai UN Tertinggi se-Indonesia

Sangat wajar jika ada siswa meraih nilai sempurna alias 10 untuk semua mata pelajaran yang diujikan. Betapa tidak. UN merupakan ujian yang berdasarkan SKL. Lalu, SKL itu diajarkan oleh guru di sekolah. Logikanya, siswa dapat meraih angka tertinggi. Jadi, sekali lagi sangat wajar jika ada siswa meraih angka penuh dalam UN.


Begitu pula, seperti yang dilaporkan Detik.com, Atik Fajaryani (17) siswi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Bantul berhasil meraih nilai tertinggi Ujian Nasional (UN) se-Indonesia. Nilai rata-rata yang diraihnya 9,60. Dua mata pelajaran yakni Matematika dan Bahasa Inggris diraih Atik dengan nilai sempurna yakni 10.

Kepala Sekolah SMKN I Bantul, Endang Suryaningsih mengaku kaget dan bangga ketika pengumuman kelulusan pada hari Senin 16 Mei kemarin, Atik Fajaryani siswi jurusan Akuntansi dinyatakan lulus dengan nilai tertinggi untuk hasil UN se-Indonesia. Asisten Mendiknas juga sudah menghubungi sekolah untuk memberitahukan hal tersebut.

"Tidak hanya sekolah kami saja yang bangga, tapi banyak pihak yang bangga atas prestasi yang diaraih anak didik kami," kata Endang kepada detikcom, Kamis (19/6/2011).

Menurut dia, Atik merupakan salah satu siswi yang pandai di sekolah. Setiap tahun dia terus menduduki ranking satu di kelas. "Anaknya memang rajin dan pandai. Itu terlihat dari hasil rapor dan laporan dari guru dan wali kelas," katanya.

Endang mengatakan saat ini sudah ada beberapa pihak yang menawarkan bea siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi kepada Atik. Dia berencana melanjutkan kuliah di jurusan akuntasi di perguruan tinggi negeri di Yogyakarta.

Menurut Endang, Atik lahir di Bantul 13 Juni 1993. Dia merupakan anak ke empat atau anak bungsu dari empat bersaudara. Orangtuanya bernama Sambudi yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh tani. Atik bersama orangtuanya tinggal di Dusun Gandekan Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan Bantul atau sekitar 7 kilometer arah barat SMKN 1 Jetis Bantul.

"Kami senang bila Atik bisa melanjutkan kuliah dengan bantuan bea siswa yang bakal diterima dari berbagai pihak itu," pungkas dia.

Guru Perlu Tahu Karakteristik Siswa Bodoh dan Siswa Pintar: Orang Bodoh ala Bob Sadino

Kadang banyak guru yang tidak pernah mau tahu dengan siswa bodoh. Yang mereka tahu hanya siswa pintar. Padahal, siswa pintar akan menjadi bodoh yang sebenarnya bodoh dan siswa bodoh justru mempunyai kepintaran. Dengan begitu, banyak pula guru yang tahunya hanya siswa pintar. 


Ambisi guru hanya tunggal, yakni menjadikan anak bodoh menjadi pintar. Namun, guru tidak pernah tahu hakikat siswa bodoh yang sebenarnya pintar. Berikut beda pandangan bodoh dan pintar dari kacamata Bob Sadino :

1. Terlalu Banyak Ide -
Orang "pintar" biasanya banyak ide, bahkan mungkin telalu banyak ide, sehingga tidak satu pun yang menjadi kenyataan. Sedangkan orang "bodoh" mungkin hanya punya satu ide dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya

2. Miskin Keberanian untuk memulai -
Orang "bodoh"biasanya lebih berani dibanding orang "pintar", Mengapa? Karena orang "bodoh"sering tidak berpikir panjang atau banyak pertimbangan. Dia nothing to lose. Sebaliknya, orang "pintar"telalu banyak pertimbangan.

3. Telalu Pandai Menganalisis -
Sebagian besar orang "pintar" sangat pintar menganalisis. Setiap satu ide bisnis, dianalisis dengan sangat
lengkap, mulai dari modal, untung rugi sampai break event point. Orang "bodoh"tidak pandai menganalisis, sehingga lebih cepat memulai usaha.

4. Ingin Cepat Sukses -
Orang"Pintar" merasa mampu melakukan berbagai hal dengan kepintarannya termasuk mendapatkan hasil dengan cepat. Sebaliknya, orang "bodoh" merasa dia harus melalui jalan panjang dan berliku sebelum mendapatkan hasil.

5. Tidak Berani Mimpi Besar -
Orang "Pintar" berlogika sehingga bermimpi sesuatu yang secara logika bisa dicapai. Orang "bodoh" tidak perduli dengan logika, yang penting dia bermimpi sesuatu, sangat besar, bahkan sesuatu yang tidak mungkin dicapai menurut orang lain.

6. Bisnis Butuh Pendidikan Tinggi -
Orang "Pintar"menganggap, untuk berbisnis perlu tingkat pendidikan tertentu. Orang "Bodoh" berpikir, dia pun bisa berbisnis.

7. Berpikir Negatif Sebelum Memulai -
Orang "Pintar" yang hebat dalam analisis, sangat mungkin berpikir negatif tentang sebuah bisnis, karena informasi yang berhasil dikumpulkannya sangat banyak. Sedangkan orang "bodoh" tidak sempat berpikir negatif karena harus segera berbisnis.

8. Maunya Dikerjakan Sendiri -
Orang "Pintar"berpikir "aku pasti bisa mengerjakan semuanya", sedangkan orang "bodoh" menganggap dirinya punya banyak keterbatasan, sehingga harus dibantu orang lain.

9. Miskin Pengetahuan Pemasaran dan Penjualan -
Orang "Pintar" menganggap sudah mengetahui banyak hal, tapi seringkali melupakan penjualan. Orang "bodoh" berpikir simple, "yang penting produknya terjual".

10. Tidak Fokus -
Orang "Pintar" sering menganggap remeh kata Fokus. Buat dia, melakukan banyak hal lebih mengasyikkan. Sementara orang "bodoh" tidak punya kegiatan lain kecuali fokus pada bisnisnya.

11. Tidak Peduli Konsumen -
Orang "Pintar" sering terlalu pede dengan kehebatannya. Dia merasa semuanya sudah Oke
berkat kepintarannya sehingga mengabaikan suara konsumen. Orang"bodoh"?. Dia tahu konsumen seringkali lebih pintar darinya.

12. Abaikan Kualitas -
Orang "bodoh" kadang-kadang saja mengabaikan kualitas karena memang tidak tahu, maka
tinggal diberi tahu bahwa mengabaikan kualitas keliru. Sedangkan orang "pintar" sering mengabaikan kualitas, karena sok tahu.

13. Tidak Tuntas -
Orang "Pintar" dengan mudah beralih dari satu bisnis ke bisnis yang lain karena punya banyak kemampuan dan peluang. Orang "bodoh"mau tidak mau harus menuntaskan satu bisnisnya saja.

14. Tidak Tahu Pioritas -
Orang "Pintar" sering sok tahu dengan mengerjakan dan memutuskan banyak hal dalam waktu sekaligus, sehingga prioritas terabaikan. Orang "Bodoh"? Yang paling mengancam bisnisnyalah yang akan dijadikan pioritas

15. Kurang Kerja Keras dan Kerja Cerdas -
Banyak orang "Bodoh" yang hanya mengandalkan semangat dan kerja keras plus sedikit kerja cerdas, menjadikannya sukses dalam berbisnis. Dilain sisi kebanyakan orang "Pintar" malas untuk berkerja keras dan sok cerdas,

16. Mencampur adukan Keuangan -
Seorang "pintar" sekalipun tetap berperilaku bodoh dengan dengan mencampuradukan keuangan pribadi dan perusahaan.

17. Mudah Menyerah -
Orang "Pintar" merasa gengsi ketika gagal di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, ketika menghadapi hambatan. Orang "Bodoh" seringkali tidak punya pilihan kecuali mengalahkan hambatan tersebut.

18. Melupakan Tuhan -
Kebanyakan orang merasa sukses itu adalah hasil jarih payah diri sendiri, tanpa campur tangan "TUHAN". Mengingat TUHAN adalah sebagai ibadah vertikal dan menolong sesama sebagai ibadah horizontal.

19. Melupakan Keluarga -
Jadikanlah keluarga sebagai motivator dan supporter pada saat baru memulai menjalankan bisnis maupun ketika bisnis semakin meguras waktu dan tenaga

20. Berperilaku Buruk -
Setelah menjadi pengusaha sukses, maka seseorang akan menganggap dirinya sebagai seorang yang mandiri. Dia tidak lagi membutuhkan orang lain, karena sudah mampu berdiri diatas kakinya sendiri.

Mengajar dengan Praktik sungguh Mengesankan Peserta Didik

Inilah perkuliahan terakhir bagi mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, terutama mata kuliah Keterampilan Berbicara yang berbobot 4 sks. Perkuliahan selama ini, 90% praktik, memberikan kesan mendalam bagi mahasiswa. Kompetensi berbicara benar-benar terlihat di tiap individu mahasiswa. Dari 45 mahasiswa, hanya 4 mahasiswa yang berbicara masih lambat. Lebihnya, mereka sangat jago berbicara.

Hambatan berbicara seperti banyak luncuran kata tidak penting (ah, uh, eh, ehm, dan apa itu), diam lama menunggu kata lain, lihat atas atau bawah, goyang-goyang badan, gemetar, dan tersendat kata sudah tidak terjadi dalam diri mahasiswa. Hambatan itu semula sangat kuat menghinggapi diri mahasiswa. Mengubahnya sangat susah. Waktu demi waktu perubahan dilakukan melalui praktik langsung. Hasilnya, wooh, luar biasa. Mahasiswa sekarang antigrogi.

Perkuliahan dilalui selama 32 pertemuan. Mereka mencoba berbagai model berbicara orang per orang dengan diakhiri refleksi. Mahasiswa antusias berbicara. Perkuliahan ini cukup asyik. "Asyik sekali, Pak", kata Angga ketika ditanya kesannya. "Banyak manfaatnya", kata Nunila.

Selasa, 17 Mei 2011

Inilah PGRI-nya Guru di Amerika Serikat (AFT)

Jika di Indonesia ada PGRI, IGI, KGI, dan sebagainya selaku komunitas guru atau himpunan guru, di Amerika Serikat ada Federasi Guru Amerika (AFT-America of Federation Teachers). AFT adalah persatuan guru secara nasional di Amerika Serikat yang keanggotaannya sekitar lebih dari satu juta guru dan dosen. AFT berafiliasi dengan Federasi Tenaga Kerja Amerika dan Kongres Organisasi Industri (AFL-CIO), sebuah federasi serikat buruh dan industri yang mewakili lebih dari tiga belas juta orang. AFT dibentuk untuk (1) memperbaiki kehidupan anggota dan keluarga mereka, (2) memberikan aspirasi yang sah dan profesional, ekonomi, dan sosial, (3)  memperkuat lembaga-lembaga tempat bekerja, (4) meningkatkan kualitas layanan, (5) menyatukan semua anggota, (6)  membantu dan mendukung satu sama lain, dan (7)  mempromosikan demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan di Amerika dan dunia.
Seperti serikat buruh lain, AFT bekerja untuk meningkatkan bayaran lebih tinggi dan tunjangan yang lebih baik serta kondisi kerja bagi para anggotanya. Organisasi guru ini juga menawarkan berbagai manfaat dan layanan kepada para anggotanya, termasuk asuransi murah, tabungan pensiun, jasa kredit, perwakilan hukum, dan diskon harga. AFT sangat mendukung akses pendidikan umum secara gratis dan perawatan kesehatan yang terjangkau. 
AFT juga melakukan negosiasi kontrak dan ketentuan khusus berkaitan dengan profesi guru, seperti ukuran kelas, kode disiplin siswa, buku pelajaran dan bahan pengajaran yang memadai, dan pengembangan profesional dan evaluasi.

Guru SMPN 20 Surabaya Antusias Berlatih Membuat Modul

Karena sangat antusias berlatih menulis modul belajar, guru SMPN 20 Surabaya sampai terlupa akan waktu rehat. Mereka asyik menulis dari halaman judul sampai pada cara menuliskan daftar pustaka. "Ternyata, menulis modul itu sangat mudah", kata salah satu guru yang menjadi peserta. Rancangan modul selesai hanya selama 3 jam. Ketika pemandu, yakni Dr. Suyatno, M.Pd. sebagai pengasuh garduguru ini menyampaikan refleksi, rata-rata guru telah menghasilkan 10 lembar tulisan bahan modul.

Pelatihan penulisan bahan ajar berbentuk modul itu dilaksanakan di Aula SMPN 20 Surabaya pada Sabtu, 14 Mei 2011. "Ini langkah awal agar guru produktif dalam menulis bahan ajar", kata Suparno M.M., selaku kepala sekolah. Diharapkan, guru tidak sebatas tahu modul tetapi sampai menghasilkan modul buatan sendiri. "Untuk itu, diharapkan bulan Juli, rancangan modul selesai dibuat dan akan direviu langsung oleh Pak Suyatno", tambah kepala sekolah.

Pelatihan pembuatan modul dirancang dengan pola learning by doing. Peserta diajak untuk langsung praktik membuat modul yang dibimbing langsung Pak Suyatno. Pertama, dalam penyajian, pemandu mengajak peserta untuk berkomitmen diri melalui permainan kertas selembar. Setelah itu, peserta diberikan gambaran modul dan peran bahan ajar. Akhirnya, peserta secara tidak langsung membuat modul yang dipimpin oleh pemandu. Hasilnya, tidak ada satu guru pun yang tidak menghasilkan rancangan kasar sebuah modul.

Sekolah Zaman Dahulu, ketika Belanda Menjajah Indonesia

Apakah nenek moyang kita dulunya sempat sekolah di sekolah Belanda berikut ini? Tentu, jawabnya, banyak yang mengatakan tidak karena memang sekolah zaman Belanda sangat terbatas. 


Ketika masa lalu, sekolah sudah ada, meski jumlahnya hanya sedikit dan untuk orang-orang terbatas, anak juragan dan ningrat, serta anak yang berdarah biru. Masa itu adalah masa ketika Belanda mulai sadar perlunya pendidikan di tanah jajahan. Pada waktu itu, didirikan sekolah dengan berbagai tingkat dan macam. yaitu :

1. ELS (Eurospeesch Lagere School) atau disebut juga HIS (Hollandsch Inlandsch School) sekolah dasar dengan lama studi sekitar 7 tahun. Sekolah ini menggunakan sistem dan metode seperti sekolah di negeri belanda. Sekolah ini untuk bangsa Eropa di Indonesia. bangsa Indonesia tidak boleh sekolah kecuali anak raja.

2. HBS (Hogere Burger School) yang merupakan sekolah lanjutan tinggi pertama untuk warga negara pribumi dengan lama belajar 5 tahun. AMS (Algemeen Metddelbare School) mirip HBS, namun setingkat SLTA/SMA.

3. Sekolah Bumi Putera (Inlandsch School) dengan bahasa pengantar belajarnya adalah bahasa daerah dan lama studi selama 5 tahun.

4. Sekolah Desa (Volksch School) dengan bahasa pengantar belajar bahasa daerah sekitar dan lama belajar adalah 3 tahun.

5. Sekolah lanjutan untuk sekolah desa (Vervolksch School) belajar dengan bahasa pengantarnya bahasa daerah dan masa belajar selama 2 tahun.

6. Sekolah Peralihan (Schakel School) yaitu sekolah lanjutan untuk sekolah desa dengan lama belajar 5 tahun dan berbahasa belanda dalam kegiatan belajar mengajar.

7. MULO Sekolah lanjutan tingkat pertama singkatan dari Meer Uitgebreid Lager Onderwijs dengan tingkatan yang sama dengan smp / sltp pada saat jika dibandingkan dengan masa kini.

8. Stovia (School Tot Opleiding Van Inlansche Artsen) yang sering disebut juga sebagai Sekolah Dokter Jawa dengan masa belajar selama 7 tahun sebagai lanjutan MULO.

Mengajar dengan Gaya Sunan Derajat

Rasanya, asyik juga jika guru mengajar dengan gaya para guru pendahulu dalam membimbing siswanya. Mengapa tidak? Guru kuno adalah penginspirasi bagi guru saat ini dalam membangun kemajuan pendidikan di Indonesia. Salah satu guru kuno yang perlu diteladani gaya mengajarnya adalah guru Sunan Derajat, salah satu Walisongo yang tinggal di Desa Derajat, Paciran, Lamongan. 


Sunan Derajat . nama kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang.
Ketika dewasa, kira-kira 1470 Masehi, Sunan Drajat menjadi guru dan mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat, Paciran, Lamongan, Jawa Timur.
Sebagai guru, beliau berani mengajar di daerah terpencil, pedesaan, dengan cara pengembangan jiwa sosial, sangat memperha­tikan nasib kaum fakir miskin. Dalam mengajar sambil berdakwah, Sunan Derajat terle­bih dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial baru memberikan pemahaman tentang ajaran Islam. Ketika mengajar, Ia memotivasi lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran. Usaha ke arah itu menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk mengatur wilayahnya yang mempu­nyai otonomi.


Filosofi Sunan Drajat dalam mengajar tertuang dalam pernyataan sebagai berikut.

  1. Memangun resep teyasing Sasomo (kita selalu membuat senang hati orang lain)
  2. Jroning suko kudu eling Ian waspodo (di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
  3. Laksitaning subroto tan nyipto marang pringgo bayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita - cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
  4. Meper Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu)
  5. Heneng - Hening - Henung (dalam keadaan diam kita akan mem­peroleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita - cita luhur).
  6. Mulyo guno Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan shalat lima waktu)
  7. Menehono teken marang wong kang wuto, Menehono mangan marang wong kang luwe, Menehono busono marang wong kang wudo, Menehono ngiyup marang wongkang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masya­rakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita)
Inspirasi yang dapat dipetik dari 7 prinsip di atas adalah:


1. Dalam mengajar, guru harus menciptakan rasa senang siswanya dalam kondisi apapun.
2. Saat senang, siswa jangan berlarut dalam kesenangan tetapi tetap ingat dan waspada dengan ilmu yang dipelajari karena rasa senang hanyalah energi mendalami keilmuan.
3. Siswa senantiasa akan kukuh terhadap cita-citanya dengan melawan segala rintangan belajar.
4. Nafsu hewani dalam diri siswa dikikis habis dan digeser ke nafsu manusiawi. Contoh nafsu hewani adalah rakus, sombong, malas, dan sebagainya.
5. Siswa dilatih berkonsentrasi penuh dalam mendalami pelajaran.
6. Kewajiban ibadah menjadi menu utama agar siswa selalu berada di jalur diri sejatinya.
Layani siswa dengan sungguh-sungguh.

Senin, 16 Mei 2011

Peringkat Terburuk UN 2011 Tingkat Provinsi

Jika ada yang terbaik, pasti juga ada yang terburuk dalam hasil UN 2011. Itu hal yang biasa dalam pemeringkatan. Berikut ini tujuh provinsi terburuk dalam perolehan UN 2011, yakni NTT, Bangka Belitung, Kalteng, Papua, NAD, Sumatera Barat, dan Sulawesi Tengah. 


Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) memberikan peringatan serta perhatian khusus terhadap tujuh provinsi yang memiliki tingkat kelulusan Ujian Nasional (UN) pada tahun ini. Ketujuh provinsi yang persentase ketidaklulusannya tertinggi itu adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan ketidaklulusan 1.813 siswa dari 32.532 peserta UN atau 5,57 persen, Bangka Belitung 250 siswa tidak lulus dari 6.035 siswa (4,14 persen), Kalimantan Tengah 595 siswa tidak lulus dari 14.880 peserta (4 persen). Selanjutnya, Papua 430 siswa tidak lulus dari 13.090 peserta (3,38 persen), Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) 1.701 siswa tidak lulus dari 53.387 peserta (3,19 persen), Sumatra Barat 1.167 tidak lulus dari 43.211 peserta (2,7 persen), dan Sulawesi Tengah 487 siswa tidak lulus dari 19,071 peserta (2,55 persen).
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 2.388.541 siswa jenjang SMA/SMK dan yang sederajat dinyatakan lulus pada UN tahun ini, sedangkan 16.088 siswa dinyatakan tidak lulus. Jika dibandingkan angka kelulusan UN SMA tahun lalu, maka ada peningkatan sekira 0,08 persen. Pada 2010, tingkat kelulusan UN berada di kisaran 99,04 persen. Untuk jenjang SMA, siswa yang lulus UN 2011 mencapai 1.450.498 siswa atau 99,22 persen, sedangkan yang tidak lulus sebanyak 11.433 siswa atau 0,78 persen. Untuk SMK, jumlah siswa yang lulus mencapai 938.043 siswa atau 99,51 persen. Sementara yang tidak lulus sebanyak 4.655 siswa atau 0,49 persen. (sumber: gresnews.com)

Peraih UN Terbaik untuk 10 Besar: Bali, Bengkulu, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan,, Sulawesi Utara, Lampung, Riau, Jawa Tengah, Maluku

Persentase kelulusan pada satuan pendidikan SMA/MA/SMK tahun ini mengalami kenaikan lebih dari sembilan persen. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), 1.461.941 peserta ujian nasional (UN) SMA/sederajat tahun ajaran 2010/2011, 1.450.498 atau sama dengan 99.22 persen siswa lulus, sementara 11.443 atau sama dengan 0.78 persen siswa lainnya tidak lulus.
Tahun lalu, dari 1.522.195 peserta UN, sebanyak 1.368.938 atau sama dengan 89.93 persen siswa lulus, dan 153.257 atau sama dengan 10.07 persen lainnya tidak lulus. Berikut kami berikan ringkasan 10 daerah dengan rata-rata nilai akhir, nilai UN dan nilai sekolah terbaik.
Data Kemdiknas memaparkan, 10 daerah dengan persentase nilai akhir terbaik tahun ini adalah Bali (8.40), Sumatera Utara (8.17), Bengkulu (8.08), Jawa Barat (8.08), Jawa Timur (8.05), Sumatera Selatan (7.96), Sulawesi Utara (7.94), Lampung (7.91), Riau (7.90), Jawa Tengah (7.89), Sulawesi Selatan (7.84).
Sementara itu, 10 daerah dengan rata-rata nilai UN terbaik adalah Bali (8.31), Bengkulu (8.07), Sumatera Utara (8.05), Jawa Barat (8.03), Jawa Timur (7.86), Sumatera Selatan (7.80), Sulawesi Utara (7.66), Lampung (7.67), Riau (7.91), Jawa Tengah (7.70), Maluku (7.69). Sedangkan 10 daerah dengan rata-rata nilai sekolah terbaik adalah Bali (8.51), Bengkulu (8.35), DI Yogyakarta ( 8.35), Sulawesi Utara ( 8.340, Jawa Timur (8.32), Lampung (8.25),  Sumatera Selatan (8.25), Sumatera Selatan (8.19), Jawa Tengah (8.16), Sumut (8.16), Jawa Barat (8.13). (sumner: kompas.com)

Gurulah Penentu Keberhasilan Siswa Meraih Mimpi

Banyak anak yang kelak menjadi dewasa susah meraih mimpi ketika kecilnya karena banyak sekali hambatan yang menghalanginya. Hambatan tersebut sedikit banyak ditanamkan oleh guru ketika orang itu dulu di bangku sekolah. Guru menanamkan secara rutin agar anak takut berbuat meski sedikit pun.

Bagaimana bisa guru yang menjadi penghambat? Tengok saja, tiap hari siswa diajari takut melalui larangan tidak mengerjakan PR. Tiap hari, jika siswa tidak mengerjakan PR akan mendapatkan hukuman dari guru entah apa bentuk hukumannya. Anak tidak akan dapat mengerjakan 10 atau 15 PR sekaligus karena PR diberikan bertahap. Cobalah, PR diberikan di minggu pertama untuk urutan PR. misalnya, di minggu pertama masuk, anak diberikan 15 PR yang akan dikerjakan selama satu semester. Anak diperbolehkan mengerjakan 3, 4, atau 15 sekaligus jika mampu.

Tengok pula, anak tidak pernah diajari melompat namun hanya boleh pelan-pelan bertahap. Ajarilah anak untuk melompat karena dengan melompat anak akan merasakan dua hal, yakni berhasil dan gagal. Biarkan anak berpengalaman untuk jatuh. jatuh dan bangun adalah dunia pengalaman. Anak memerlukan pengalaman itu.

Gurulah penentu keberhasilan mimpi siswa karena tiap hari terjadi dialog, integrasi, dan penyambungan gagasan. Jika tiap hari guru memberikan motivasi untuk melompatdalam hidup, anak akan dengan mudah melompat. Melompat adalah milik anak muda.

Pendidikan akan Membuat Orang Hidup Lebih Sehat


Orang yang kurang berpendidikan cenderung menua lebih cepat, menurut sebuah penelitian di Inggris yang mencakup 400 wanita dan pria.
Pada 12 Mei 2011, BBC.co.uk versi Indonesia melaporkan bahwa bukti DNA memperlihatkan sel penuaan lebih sempurna di orang dewasa yang tidak punya kualifikasi pendidikan dibandingkan dengan mereka yang punya gelar sarjana. Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal kesehatan Brain, Behaviour and Immunity. Para peneliti berpikir pendidikan akan membuat orang hidup lebih sehat.
Yayasan Jantung Inggris mengatakan penelitian yang dilakukan di London ini memperkuat perlunya usaha untuk mengatasi masalah kesenjangan sosial. Hubungan antara kesehatan dan status ekonomi, sosial muncul dengan jelas lewat hasil penelitian ini. Mereka yang miskin cenderung merokok, kurang berolahraga dan kurang punya akses untuk mendapatkan jaminan kesehatan dibanding mereka yang kaya.
Selain itu, latar belakang pendidikan cenderung menjadi faktor penentu yang bisa mempengaruhi kondisi kesehatan mereka dalam jangka panjang. Hal ini disebabkan karena latar belakang pendidikan membantu orang mengambil keputusan yang lebih bagus terkait kondisi kesehatan mereka.
Professor Andrew Steptoe dari University College London, yang menggusung penelitian ini mengatakan "Pendidikan adalah pertanda status sosial yang orang dapatkan dalam awal hidupnya, dan penelitian kami menunjukan kondisi status sosial yang rendah mempercepat tumbuhnya sel penuaan." Tim peneliti Professor Stetoe mengambil sampel darah dari lebih 400 orang dewasa berumur antara 53 dan 75 tahun. (sumber: BBC.co.uk/12 Mei 2011)

Minggu, 15 Mei 2011

Gawat, 35% Pelajar Papua Dicengkeram Keganasan HIV/AIDS


Seorang pelajar salah satu sekolah di wilayah Kabupaten Jayapura terlibat perbincangan  "Kaka.. adik ingin beli kondom, supaya kalau hubungan sex bisa terhindar dari penyakit tiga huruf  (HIV-red)", lalu seorang yang bukan Kakak kandungnya menjawab "Silahkan saja, asalkan adik  sadar bahwa belum saatnya hubungan sex dilakukan, karena resiko pasti besar untuk terjangkit  penyakit HIV/AIDS yang belum ditemukan obatnya". demikian sebuah obrolan yang berujung  pada sikap seorang pelajar ini untuk tetap membeli kondom yang akan digunakannya nanti.
Dari  obrolan singkat diatas, terlihat bahwa kemungkinan pelajar tersebut sudah mengetahui  bahaya HIV/AIDS dan ingin mencegahnya memakai kondom, disisi lain mungkin belum  mengetahui informasi yang benar tentang dampak dari penyakit yang berbahaya ini.  Sehingga  perlu ada solusi dan upaya serius dalam menimimalisir hal yang terjadi seperti diatas, yakni suatu  informasi yang benar bagi pelajar, bahkan mahasiswa hingga masyarakat umum, guna  mencegah dan menghindari bahaya penyakit HIV/AIDS.

Penyakit ini memang terus mengalami peningkatan, sebagai total data terakhir dari Komisi  Penanggulangan AIDS (KPA) Papua,  hingga bulan September 2010 terdapat 6.300 lebih kasus  HIV/AIDS di Tanah Papua, walaupun berbagai upaya KPA bersama dinas terkait selalu memberi  informasi dan membantu, sehingga dibutuhkan pentingnya ada kesadaran masyarakat untuk  mengunjungi tempat Voluntary Counseling and Testing (VCT) adalah tes HIV yang dilakukan  secara sukarela. akan tetapi angka ini sewaktu-waktu bisa bertambah dan berkurang.  Bayang-bayang pelajar dalam bahaya HIV/AIDS di tanah Papua, bukan hal yang tidak mungkin,  sebab dari 6.300 lebih kasus yang ada, termasuk didalamnya usia antara 15-49 tahun atau usia  produktif, termasuk pelajar dan mahasiswa.  "Saat dari total data yang ada, khusus pelajar telah mencapai 35 persen, sehingga menjadi upaya untuk terus dilakukan sosialisasi di tingkat sekolah juga," ujar Constant Karma, Ketua KPA Papua, kepada JUBI di Jayapura, Jumat (18/3).
Hal ini sebagaimana juga menjadi perhatian penyebaran penyakit HIV/AIDS  di Kota Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, kini menggerogoti kalangan pelajar.
Menurut data yang dikeluarkan Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat (YPKM) cabang  Serui dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Papua, di November – Desember 2010,  secara keseluruhan jumlah penderita HIV/AIDS di Distrik Yapen Barat sebanyak 30 penderita.  Rata-rata penderitanya adalah remaja berusia sekolah/usia produktif 15 - 20 tahun. “Ini baru data yang didapat dari satu Distrik yang disurvei. Distrik lainnya belum disurvei. Data itu  belum semuanya valid,” kata Sadar Parlindungan Saragih,  salah guru SMK Negeri 1 Kainui yang  juga terlibat dalam pendataan tersebut. Penyebaran penyakit tersebut di wilayah ini memang  memprihatinkan, karena dari pengakuan Parlindungan Saragih kepada JUBI, Selasa (15/3),  terungkap sudah ada sosialisasi yang dilakukan oleh KPA dan YPKM cabang Serui. Namun,  sosialisasi itu hanya berlangsung dua kali setahun. Kalau demikian, kata dia, maka dinas kesehatan setempat harus lebih peduli, karena terkesan  sampai sekarang Dinas Kesehatan malas tahu dengan kondisi yang ada, sehingga bisa  menyelesaikan masalah HIV/AIDS di wilayah ini dan secara umum Papua.

Demikian tidak terlepas dengan kabupaten/kota lainnya di Tanah Papua, kadang mengalami  tantangan dan hambatan yang sama, misalnya pemerintah setempat kurang peka, belum lagi, jika  masyarakatnya malas tahu dengan informasi HIV/AIDS dan tidak ikut mencegahnya. Data lain  yang dikumpulkan JUBI dari lapangan, misalnya di Kabupaten Jayapura, Papua, dimana pada  tahun 2009 jumlah Orang dengan HIV/AIDS (Odha) yang meninggal dunia sebanyak 180 orang,  sedangkan pada 2010 meningkat sekitar 12 orang. Sedangkan, pada 2010 jumlah pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Jayapura cukup tinggi yakni  mencapai 609 orang, yang terdiri dari laki-laki 242 orang, perempuan 367 orang, dengan rincian  IRT 164 kasus, lain-lain 124 kasus, PSK 102 kasus, buruh/petani 61 kasus, PNS 37 kasus,  pelajar/mahasiswa 41 kasus, swasta 57 kasus. Dengan rincian usia 20-29 285 orang, usia 30-39  sebanyak 198 orang, 15-19 sebanyak 44 orang, usia 40-49 sebanyak 55 orang usia 1-4 tahun 12  orang. Jumlah yang terbanyak dari Distrik Sentani 320 kasus, Sentani Timur 126 kasusu, Kaureh  26 kasus, Nimboran 20 kasus, Distrik Sentani Barat 25 kasus.

Sebagian besar pengidap HIV/AIDS di bumi Kenambay Umbay ini tertular melalui hubungan  heteroseksual sebanyak 592 orang, ibu ke anak sebanyak 4 orang, transfuai darah sebanyak 7  orang.  "Masalah ini sangat menguatirkan, sebab tidak ada distrik yang bebas dari penyakit  HIV/AIDS, sehingga akan berupaya memberikan sosialisasi kepada masyarakat hingga tingkat  kampung," ujar Sekertaris Komisi Penanggungalangan AIDS (KPA) Kabupaten Jayapura, Drs.  Purnomo, SE, belum lama ini.

Memang, jika dilihat antar daerah kasusnya berbeda-beda, karena kebanyakan di Papua terjangkit  lewat perilaku hubungan seks yang bebas dan berganti-ganti pasangan, sementara daerah lain  diluar Papua, kebanyakan pelajar atau Odha terjangkit akibat menggunakan jarum suntik narkoba  serta hubungan seks juga. sebagai contoh jumlah pengidap HIV/AIDS di Kota Bandung, berada  di posisi teratas se-Jawa Barat. Hingga April 2009, tercatat ada 1.744 orang. Sebagian besar  berusia produktif dan berstatus sebagai pelajar. Dari 1744 kasus itu, 885 orang diketahui  mengidap HIV dan 859 orang adalah penderita AIDS. Sebanyak 3,2 persen berasal dari kalangan  siswa berusia 15-19 tahun. Penyebab penularan paling banyak, hampir 66 persen, berasal dari  pemakaian jarum suntik pengguna narkoba. Kadangkala resiko terjangkitnya pelajar, karena ada yang berperilaku sebagai wanita pekerja seks, sehingga bisa saja hal ini membawa dampak penyebaran kepada sesama rekan-rekan pelajar lainnya dan harus diwaspadai. Inilah yang disebut kenikmatan membawa sengsara.

Melihat probematika penyakit menular mematikan ini yang belum ditemukan obatnya serta dalam  upaya memberikan pengetahuan yang benar kepada para pelajar di Papua, Dinas Pendidikan,  Pemuda dan Olah Raga Provinsi Papua, dalam tahun 2011 HIV/AIDS akan masuk dalam  kurikulum sekolah di wilayah tersebut. “HIV/AIDS pada 2011 akan masuk dalam kurikulum sekolah  di Papua, untuk menekan laju penyebaram HIV di Papua yang cukup tinggi dibanding provinsi lain  di Indonesia," Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Provinsi Papua, James  Modouw, belum lama ini.

Pihaknya telah mengambil kebijakan bahwa kompetensi HIV/AIDS akan diikutsertakan dalam  proses pembelajaran di sekolah-sekolah baik dari tingkat dasar hingga tingkat atas, sehingga ada  empat daerah yang telah mengimplementasikan kurikulum baru itu di sekolah-sekolah yakni Biak,  Timika, Jayawijaya dan Jayapura. Implementasi tersebut ada tiga strategi yaitu, berupa muatan  lokal, integrasi pada mata pelajaran yang relevan dan pengembangan diri.

Adanya kebijakan kurikulum HIV/AIDS semoga bisa membantu para siswa untuk memahami  bahaya yang ditimbulkan jika melakukan hubungan seks secara bebas, selalin miliki pengetahuan  pencegahan yang benar dan menghindari diri dari cara hidup yang tidak sehat. Program ini  dimasukan dalam muatan lokal sekolah, sebabnya pada bulan Februari 2011 lalu, sedikitnya 34  guru  dari Biak dan Jayapura mengikuti pelatihan trainner of trainner (TOT) Life School Education  tentang pencegahan HIV/AIDS di Kabupaten Biak Numfor, adapun program pelatihan  pencegahan HIV/AIDS bagi guru itu merupakan kegiatan untuk menyiapkan tenaga instruktur.
“Virus HIV/AIDS merupakan penyakit yang sangat berbahaya sehingga melalui pelajaran muatan  lokal yang diajarkan guru di sekolah-sekolah para siswa bisa mendapat informasi mengenai tata  cara pencegahan HIV/AIDS itu,” kata James Modouw.

Semua upaya lewat pendidikan formal di sekolah sangat baik sekali, akan tetapi faktor terpenting  yang ingin diajak dalam upaya mencegah penyakit ini bagi pelajar adalah keluarga memegang  peran paling strategis dalam mencegah dan menanggulangi penyebaran HIV/AIDS, sehingga  perlu untuk ditingkatkan karena mereka adalah guru pertama bagi anak-anaknya yang mengajarkan  etika dan moral agama. Orang tua dari para murid (pelajar) harus peka terhadap masalah yang dihadapi anaknya dan  mampu memberikan solusi terbaik baginya. Selain itu, partisipasi aktif para tokoh masyarakat yang  dianggap sebagai panutan masyarakat sudah seharusnya ikut andil dalam menjalankan  program-program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Tokoh masyarakat ini harus  dibekali berbagai informasi mendalam tentang HIV/AIDS agar tidak memunculkan sikap negatif  terhadap orang dengan HIV/AIDS atau Odha. Disamping itu, memberdayakan lembaga  keagamaan dan adat juga sangat penting untuk mencegah pergaulan bebas bagi para remaja  yang masih mencari jati dirinya.

Tantangan akan menjadi mudah diselesaikan, manakala semua pihak bergandeng tangan  bekerjasama memberikan informasi yang benar dan mencegahnya, paling tidak bagi orang tua  dan pihak sekolah untuk lebih mensosialisasikan hal ini, agar pelajar bisa menghindarinya dan  berperilaku hidup yang sehat, termasuk bagi para pelajar bahkan masyarakat umum untuk memiliki kesadaran dalam mencegah bersama bahaya penyeberannya. Sekecil apapun dilakukan, tetapi yang namanya hidup dalam seks  bebas dan berganti-ganti pasangan, akan sangat besar resiko pintu masuk penyakit ini. Upaya pencegahan dilakukan terutama untuk pelajar yang masih menempuh pendidikan di sekolah yang harus diberi informasi yang tepat agar mereka bisa menghindar dari tertular HIV. Ini merupakan sebuah upaya yang penting untuk mencegah perkembangan jumlah penderita dan hidup sesuai norma-norma sosial dan norma agama dan saling setia dalam takut akan Tuhan.  (sumber:tabloidjubi.com/Eveerth Joumilena/Abubar)

Kemendiknas: Dibandingkan 2010, Kelulusan UN tahun 2011 Meningkat


Seharusnyalah kalau kelulusan tahun 2011 lebih baik dibandingkan tahun lalu. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) membeberkan, secara keseluruhan presentase hasil kelulusan pada satuan pendidikan SMA/MA pada tahun ajaran 2010-1011 mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun ajaran sebelumnya.

Dari seluruh 1.461.941 peserta UN SMA/MA, 1.450.498 atau 99.22 persen siswa lulus, sementara 11.443 atau 0.78 persen siswa lainnya dinyatakan tidak lulus. Pada tahun ajaran sebelumnya (2009-2010), dari 1.522.195 peserta yang mengikuti ujian nasional, yang lulus hanya 1.368.938 atau 89.93 persen, dan 153.257 atau sama dengan 10.07 persen lainnya tidak lulus.
Merujuk pada data di atas, hasil kelulusan nasional satuan pendidikan SMA mengalami kenaikan sekitar lebih dari sembilan persen. Berikut adalah ringkasan perbandingan siswa lulus dan tidak lulus menurut jurusan pada satuan pendidikan SMA/MA tahun ajaran 2010/2011. Jurusan IPA dengan jumlah peserta 627.859 siswa, 625.924 atau 99.69 persen siswa lulus dan siswa yang tidak lulus sebanyak 1.935 atau 0.31 persen.

Untuk jurusan IPS jumlah pesertanya 34.358, yang lulus sebanyak 33.860 atau 98.55 persen dan 498 siswa tidak lulus atau 1.45 persen. Sedangkan untuk jurusan Bahasa, dari 8.782 jumlah peserta, 8.610 atau 98.04 persen siswanya lulus, dan 172 atau 1.96 siswanya tidak lulus. Khusus untuk jurusan Agama dengan jumlah peserta terbanyak, dari 790.942 jumlah peseta, 782.104 atau sama dengan 98.88 persen siswanya lulus dan sebanyak 8.838 atau sama dengan 1.12 persen siswa lainnya dinyatakan tidak lulus. (sumber: kompas.com)

Rabu, 11 Mei 2011

Inilah Kapsul Suplemen untuk Siswa agar Berprestasi

Tahukah guru bahwa siswa memerlukan suplemen dalam belajar di kelas? Siswa yang pandai biasanya karena mendapatkan suplemen yang cukup dari gurunya. Sebaliknya, siswa belum pandai karena tidak mendapatkan suplemen dari gurunya. Guru harus rajin memberikan suplemen bagi siswanya.

Suplemen yang dimaksud di sini bukanlah sejenis vitamin dalam minuman atau obat namun sentuhan guru sebagai suplemen yang memberikan gairah belajar siswa. Suplemen belajar sangat murah karena tidak perlu membeli. Modalnya hanya guru ikhlas atau tidak memberikan suplemen itu.

Berikut suplemen yang harus diberikan kepada siswa oleh guru agar daya vitalitas belajar siswa meningkat.
(1) Suplemen Sapa
Suplemen sapa berbentuk ucapan guru yang menyapa siswa dengan lembut dan nyaman di dengar. Suplemen ini hanya terdiri dua sampai tiga kata dan hanya diucapkan selama 3 detik. Contoh suplemen sapa adalah "pagi, anak-anak", "Sehat semua, anak-anak", Bagaimana kabarmu, hari ini?", dan sebagainya. Suplemen sapa diberikan saat siswa pertama berjumpa dengan gurunya.

(2) Suplemen Senyum
Berilah anak vitamin senyum yang mengembang dari guru. Niscaya, dalam sehari siswa akan bergembira dan tersenyum pula sehingga siswa akan dengan mudah menyerap informasi belajar. Suplemen ini sangat murah karena hanya membutuhkan gerakan 227. Gerakan 227 yang dimaksud adalah 2 cm bibir melebar ke kiri, 2 cm melebar ke kanan, dan senyum selama 7 detik. Senyum guru akan dibalas dengan senyum siswa. Hasilnya, siswa akan mempunyai semangat belajar.

(3) Suplemen Jempol
Suplemen ini hanya cukup dengan gerakan jari jempol yang ditujukan ke siswa. Jempol memberikan sentuhan rasa yang membanggakan bagi siswa. Guru cukup memberikan jempol kepada semua siswa baik yang pandai maupun yang belum pandai.

(4) Suplemen Pujian
Cobalah senantiasa memuji siswa dalam keadaan apapun dengan kata-kata yang menguatkan kejiwaan siswa. Berikut ini kata-kata pujian yang memberikan vitamin menyehatkan jiwa. Contohnya, "Kalian hebat hari ini", "Bagus, kerja kalian", "Luar biasa, hari ini", dan seterusnya.

Selasa, 10 Mei 2011

Setelah Mendapatkan Sertifikat Guru, Ke Mana Saja Guru Itu

Dulu, semasa tahun pertama sertifikasi guru, rasanya ramai sekali dunia diskusi, seminar, dan pelatihan. Bahkan, blog, facebook, email, dan jalur twitter sangat padat. Seolah mereka menumpahkan semangat untuk memajukan pendidikan tanpa ampun. Pokoknya, tiap detik tiap waktu, guru-guru berdesak-desakan untuk memburu informasi pendidikan.

Sekarang, entah ke mana guru-guru itu. Pusat-pusat informasi pendidikan terasa sepi. Jalur internet juga sepi. Seminar untuk memperlancar pemikiran guru juga sepi. Semuanya sepi. Seakan guru diam seribu bahasa tanpa geliat sedikit pun dalam kampung sepi.

Padahal, kenikmatan hidup bertambah setelah mendapatkan tambahan pendapatan. Keluhan kurang gaji sudah tidak seramai dulu. Laptop baru. Sepatu baru. Tas baru. Bahkan kedaraan bermotor juga baru. Pokoknya semuanya baru. Hanya satu yang tidak baru, yakni perubahan.

Jangan-jangan, cara mengajar tidak juga baru. Mengajar ya seperti yang dulu-dulu. Buku tidak juga diperbarui. Diskusi pendidikan tanpa dilirik dan diburu. Semuanya biasa saja seperti waktu yang lama-lama. Lalu, apa yang mau dikatakan?

Senin, 09 Mei 2011

Guru Perlu Terbitkan Buku Sendiri: Beginilah Caranya

Kelas merupakan kumpulan masyarakat yang unik dan khas dengan dinamisasi siswanya. Kadang guru menemukan cara unik pula untuk melayaninya. Cara itu belum tentu terjadi di kelas lain dan sekolah lain. Nah, dalam kondisi unik itu, buku menjadi alternatif guru untuk menuangkan keunikan. Siapa tahu, guru akan mendapatkan penghasilan tambahan.

Di Surabaya, Trianto, guru MAN 1 Surabaya telah menerbitkan lebih dari 5 buku. Begitu pula, di sekolah lain lain banyak guru yang juga menerbitkan buku. Kini giliran Anda, sebagai guru, untuk menerbitkan buku yang berguna bagi guru lain. Female.kompas.com memberikan cara jitu menulis buku. Beginilah langkah untuk membuat buku.
1. Siapkan naskah
Siapkan naskah yang siap terbit. Jika ingin mendapat keuntungan finansial dari penjualan buku, sesuaikan dengan selera pasar. Kecuali jika Anda sudah punya target market sendiri.
2. Siapkan modal
Umumnya, modal yang dibutuhkan sekitar Rp 10-30 juta, tergantung dari jumlah halaman dan eksemplar. Jika Anda tak memiliki cukup modal, cobalah tawarkan kerja sama dengan teman atau lembaga tertentu.
3. Urus ISBN dan barcode
Setiap judul buku perlu identitas yang berlaku secara internasional dengan cara mendapatkan nomor ISBN (International Standard Book Number). Nomor ini bisa didapatkan di Perpustakaan Nasional. Setelah mengisi formulir keanggotaan ISBN, kita akan mendapatkan kartu keanggotaan dan penerbitan buku kita akan tercatat. Setelah itu tinggal buat barcode buku.
4. Pilih percetakan tepat
Usahakan memilih percetakan yang sudah biasa mencetak buku agar kualitas buku terjaga. Jika tidak, bisa jadi Anda justru sedang mempertaruhkan kredibilitas, kepercayaan pembaca.
5. Tentukan harga jual
Jumlahkan seluruh biaya produksi percetakan dibagi dengan jumlah oplah buku, lalu dikalikan lima, hasilnya adalah harga jual buku kita. Jangan menetapkan harga terlalu tinggi, karena akan memengaruhi minat beli konsumen. Cobalah berkonsultasi dengan distributor atau toko buku.
6. Pilih distributor
Temukan distributor yang tepat, dan buatlah perjanjian distribusi. Bagaimana sistem penjualannya, apakah beli putus atau konsinyasi. Berapa keuntungan untuk distributor dan royalti untuk penulis. Jangan lupa, mintalah laporan penjualan buku Anda setiap bulannya.
Kerja sama dengan penerbit
Untuk diterbitkan menjadi sebuah buku oleh sebuah penerbit, Anda butuh trik khusus.
Ide kreatif. Kemungkinan lebih besar diterima bila ide naskah Anda itu kreatif dan tidak pasaran.
Penerbit tepat. Pilih yang sesuai dengan ide tulisan. Jangan kirim cerita romantis ke penerbit khusus, seperti Yayasan Obor yang banyak menerbitkan buku ilmiah. Hati-hati pula terhadap kredibilitas penerbit, karena ada yang nakal, menerbitkan buku tanpa persetujuan penulis.
Buat surat pengantar. Bila sudah menemukan penerbit yang tepat, kirim surat pengantar mengenai tulisan Anda. Buat surat yang menerangkan tema dan isi buku Anda. Mintalah penerbit untuk mengabarkan apakah karya Anda diterima atau ditolak.
Bicarakan royalti. Bila naskah Anda diterima, jangan sungkan untuk membicarakan soal royalti. Biasanya, untuk pemula, penulis mendapat royalti 8 - 10 persen untuk cetakan 3.000 eksemplar pertama.
Promosi sendiri. Manfaatkan jejaring sosial untuk mempromosikan buku Anda. Semakin sering berpromosi, maka semakin dikenal buku Anda. Manfaatkan pula blog atau multiply untuk memperbesar kesempatan dilirik penerbit. Aktif di komunitas juga akan membantu, karena Anda punya jejaring teman banyak yang potensial jadi pembeli buku Anda.
Jangan patah semangat bila naskah Anda ditolak. Tanyakan pada penerbit alasan penolakannya agar Anda bisa memperbaikinya. Atau, kirimkan ke penerbit lain.
Masih ditolak juga? Terbitkan saja di dunia maya. (sumber: felame.kompas.com)

Guru dengan Energi Positif Bakal Menuai Prestasi, Beginilah Cara Meraih Energi Positif

Kegagalan guru di sekolah bisa jadi ditentukan oleh energi negatif yang melingkupi sekolah tersebut. Kepala sekolah yang uring-uringan, halaman sekolah kotor dan tidak beraturan, guru-guru yang penuh dengan permusuhan, dan siswa yang berada dalam kondisi jengah memberikan investasi bagi rendahnya prestasi karena terlalu banyak energi negatif. Suasana kantor guru yang muram dan rekan kerja yang doyan berkeluh kesah bisa menyerap energi positif yang Anda miliki dan bikin mood kerja berantakan.

Energi negatif itu harus diubah menjadi positif agar guru lebih banyak berprestasi. Judit Orloff, penulis buku Emotional Freedom: Liberate Yourself from Negative Emotions and Transforms Your Life mengatakan, cara untuk mengatasi serangan "vampir" yang mengisap energi positif dari Anda bisa dengan:

1.Jauhi Mereka
Kaburlah dari kerumunan guru lain yang suka menggunjing dan berperilaku negatif. rekan guru yang hobi menghasut dan main lempar kesalahan harus dijauhi. Singkirkan diri Anda sejauh-jauhnya dari mereka. Ini cara termudah untuk mengatasi situasi negatif yang menghadang di depan mata. Jika guru terjebak di dalam percakapan bernada negatif, segera tariklah diri keluar dari lingkaran tersebut. Tidak dapat beranjak pergi? Bayangkan saja di dalam pikiran bahwa Anda sedang memutuskan tali hubungan energi antara diri guru dengan orang tersebut.

2. Pasang Arah Lain
Jika perbincangan berkembang ke arah tertentu yang agak mengganggu, carilah peluang untuk memasang arah lain dan membelokkan arah perbincangan.Tidak jadi soal topik apa yang Anda jadikan bahan pembicaraan. Yang penting, tema tersebut bisa membuat semua orang berpaling dan melupakan topik sebelumnya. Misal, sah-sah saja kok, ngobrol tentang anjing peliharaan Anda untuk meredakan gosip tentang perselingkuhan atasan yang belum tentu benar.

3. Pikirkan Hal-Hal Positif
Tak berhasil membelokkan arah pembicaraan? Apa boleh buat, alihkan saja perhatian Anda pada hal-hal lain yang sifatnya positif. Misal, lamaran si dia atau kelahiran keponakan pertama Anda. Fokuskan pada peristiwa bahagia dan buatlah memori itu sebagai bahan bakar untuk membangun suasana hati positif. Menutup mata atau sekadar mengedipkan mata dalam hitungan detik juga mampu membantu menenangkan hati dan menjauhkan pikiran buruk. Masih belum berhasil? Tenangkan diri dengan berkonsentrasi pada arus keluar masuk udara pernapasan Anda.

4. Jangan Merespons
Tahan diri untuk merespons perkataan atau tindakan negatif apabila Anda sedang merasa tidak tenang. Tarik napas panjang untuk menenangkan diri. Sampaikan kalimat Anda dalam nada rendah untuk mengurangi intensitas suasana. Kala menerima kritik dari siapa pun, berfokuslah pada konten pembicaraan dan bukan pada cara penyampaiannya. Belajarlah mengabaikan kata-kata negatif yang tidak memberi makna pada pembicaraan Anda dengan seseorang.

5. Berhenti Menilai
Jika tak bisa berhenti memendam kekesalan pada orang lain yang selalu bersikap negatif, maka sudah saatnya Anda menghentikan aktivitas untuk menarik napas panjang. Jika diteruskan "sejengkal" lagi, Anda bisa menjelma menjadi si penebar aura negatif yang justru Anda benci. Berhentilah berusaha membuat orang lain mengubah pikirannya. Yang lebih penting dilakukan, bagaimana caranya supaya Anda tidak terseret masuk ke dalam pusaran energi negatif tersebut.

6. Temukan Hal Positif Pada Diri Orang Lain
Terjebak dalam sebuah proyek bersama rekan kerja yang hobi mengeluh? Jangan pusing karena hanya akan menambah beban pikiran Anda. Lebih baik, galilah hal-hal positif tentang dia dan fokuskan perhatian Anda pada poin tersebut. Misal, biar suka mengeluh, dia sebenarnya punya solidaritas tinggi terhadap teman. Atau, biar jarang tersenyum, dia sebenarnya punya selera berpakaian yang baik. Mungkin kapan-kapan Anda bisa minta ditemani belanja baju olehnya.

7. Tata Meja Kerja
Kelilingi diri Anda dengan benda-benda yang mampu membuat perasaan Anda lebih baik. Misalnya, foto ketika Anda sedang berlibur berdua kekasih, bantal lembut berbentuk hati, serta screensaver komputer berisi gambar-gambar cute atau kata-kata mutiara yang inspiratif. Boleh juga memasang gambar destinasi liburan yang ingin Anda kunjungi dengan uang tabungan nanti. Pokoknya, letakkan apa saja yang mampu memperbaiki mood Anda kembali saat melihatnya.

8. Cari Orang Beraura Positif
Di dunia ini selalu ada keseimbangan. Jika ada orang yang hobi menebar hawa negatif, pasti ada pula mereka yang memancarkan energi positif. Carilah orang tersebut dan habiskan waktu lebih banyak dengannya. Anda berdua bisa saling membantu dalam menghadapi lingkungan kerja yang tidak kondusif. Jika sudah merasa lebih baik, bangunlah antusiasme dengan banyak-banyak tertawa dan memfokuskan diri pada energi positif yang Anda miliki.

9. Perhatikan Sinyal
Terkadang, energi negatif yang Anda rasakan datang dari lingkungan merupakan pertanda bahwa sudah waktunya Anda "move on" dan mencari tempat yang lain. Jika segala upaya sudah Anda lakukan namun tak menunjukkan hasil yang menggembirakan, tak ada salahnya mempertimbangkan untuk mencari peluang baru di tempat yang lebih sreg di hati Anda. Siapa tahu in memang cara alam untuk menyampaikan sarannya untuk Anda. (sumber: Kompas.com

Pelajar Indonesia Berjaya di Tingkat Asia

Pelajar Indonesia terus menunjukkan konsistensinya mengharumkan nama bangsa di dunia. Pada ajang Olimpiade Fisika Tingkat Asia atau Asian Physics Olympiad di Tel Aviv, Israel, 1-9 Mei 2011, pelajar Indonesia menyumbangkan satu medali emas dan dua honorable mention. Medali emas diraih Evan Laksono (SMAK IPEKA Tomang, Jakarta). Adapun honorable mention dipersembahkan Erwin Handoko Tanin (SMA Sutomo 1 Medan) dan Limiardi Eka (SMAK Penabur Gading Serpong, Tangerang).
Hendra Kwee, pemimpin Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI), Minggu (8/5/2011), mengatakan, peserta Asian Physics Olympiad (APhO) tahun ini berasal dari 16 negara. Indonesia termasuk enam negara yang berhasil mendapatkan medali emas bersama China, Taiwan, Israel, Rusia, dan Hongkong.
Awalnya, APhO diprakarsai Profesor Yohanes Surya tahun 2000. Indonesia selalu meraih emas sejak APhO 2005 hingga pelaksanaan tahun ke-12 kali ini. Tim Indonesia di APhO tahun ini dipimpin tiga dosen dari STKIP Surya, yaitu Dr Hendra Kwee, Dr Zainul Abidin dan Dr Herry Kwee, yang merupakan alumnus TOFI.
Alumnus TOFI 2010, Kevin Soedyatmiko dari SMAN 12 Jakarta, juga membantu sebagai salah satu anggota staf pada tim tahun ini. Kelima siswa dan tim pemimpin dijadwalkan kembali ke Tanah Air pada Selasa (10/5/2011).
Hendra mengatakan, mulai tahun ini keikutsertaan pelajar Indonesia ke APhO tidak mendapatkan dukungan pendanaan dari Kementerian Pendidikan Nasional. Keberangkatan tim didukung Prof Yohanes Surya lewat Surya Institute dan STKIP Surya. Sebelumnya, pelajar Indonesia yang dikirim ke APhO adalah yang dipersiapkan untuk berkompetisi di ajang Olimpiade Fisika Internasional.
"Dengan kebijakan pemerintah yang berubah, kami belum tahu apakah siswa yang berprestasi di APhO akan diikutkan ke tingkat internasional. Kami harapkan, ada kesempatan itu," kata Hendra.

Minggu, 08 Mei 2011

Guru Jenius Cenderung Mencoba Melihat Persoalan Dengan Cara Berbeda

Guru itu sebenarnya orang jenius di samping orang yang melahirkan manusia jenius. Agar guru menjadi jenius tulen, syaratnya harus banyak inspirasi dan usaha yang terus menerus. Ingatlah bahwa menurut Thomas Alva Edison, "Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat”. Semua guru itu sebenarnya jenius, hanya saja tidak semua dari kita bagian dari yang sebesar 99%. Jika tunjangan guru meningkat, bayangan orang awam guru akan semakin jenius karena 99% usaha keras akan terwujud.
Agar guru tetap jenius tentu perlu melihat tujuh alternatif berikut.


1) Mengamati
Untuk memecahkan sebuah masalah, pemahaman merupakan aspek penting. Cara termudah adalah dengan membagi masalah itu dan melihat melalui sudut yang berbeda. Gunakan cara atau perspektif yang mungkin tidak pernah kita dengar, atau orang lain lakukan sebelumnya.
2) Membayangkan
Suatu kali, Albert Einstein ditanya dengan pertanyaan ini, “Jika anda hanya punya 1 jam untuk menyelamatkan dunia, apa yang akan Anda lakukan?" Dia menjawab, "Aku akan menggunakan 55 menit untuk berpikir, 5 menit untuk bertindak.”
Einstein selalu menekankan bahwa kita perlu untuk merumuskan persoalannya dalam berbagai cara yang berbeda sebanyak mungkin, termasuk menggunakan diagram. Ia membayangkan solusi, dan percaya bahwa kata-kata dan angka seperti itu tidak memainkan peran penting dalam proses berpikirnya.
3) Produktivitas
Thomas Alva Edison gagal ratusan kali sebelum mencapai kesuksesan. Tahukah Anda bahwa ia memiliki 1.093 paten kekalahan? Dekan Keith Simonton University of California mempelajari 2.036 ilmuwan abadi dan menemukan bahwa yang paling sangat diakui tidak hanya memproduksi produk-produk berguna, tetapi juga banyak yang luar biasa berguna. Masalahnya, mereka menerjang melalui kegagalan untuk sampai pada titik keunggulan.
4) Mix and Match
Darren Rowse dari problogger.net, adalah beberapa blogger pertama yang mendatangkan uang secara online dengan blog. Apakah dia mengalami ketakutan? Tentu saja. Pada saat ketika semua orang blogging menggunakannya untuk mengeluarkan masalah pribadi, dia jsutru datang dengan ide blogging for money.
Grego Mendel, seorang biarawan Austria, menggabungkan matematika dan biologi untuk menciptakan dasar hukum keturunan. Ini hukum universal baru yang tercipta dari inovasi nya, dengan pencampuran dua mata pelajaran yang terkait secara minim.
5) Menghubungkan Sesuatu yang Tidak Berhubungan
Da Vinci mencoba menghubungkan antara suara bel dan batu dengan memukulkan ke air, hingga memungkinkan dia untuk membuat hubungan suara dengan gelombang. Apa yang ia lakukan tentu saja tak terpikirkan oleh orang lain. Ketika orang tak berfikir tentang gelombang suara, Da Vinci terus mencari cara untuk dapat menggambarkan gelombang suara yang tak tampak oleh mata. Akhirnya, gelombang suara tersebut analogikan dengan gelombang yang terbentuk di air.
6) Mencari Persamaan Sesuatu yang Terpisah
Menjelaskan melalui hal-hal yang tidak berkaitan seperti bagaimana Einstein secara sederhana menjelaskan teori-teorinya. Aristoteles menganggap metafora sebagai tanda yang jenius, dan percaya bahwa individu yang memiliki kapasitas untuk menangkap persamaan antara dua hal yang berbeda, kemudian menghubungkannya adalah seseorang diberi karunia khusus.
7) Keberuntungan
Keberuntungan = persiapan + kesempatan
Sebagai contoh, jika ada celah untuk pekerjaan akuntansi, itu kesempatan. Namun, saya lulusan IT dan tidak bisa menjawab iklan tersebut. Aku bisa, jika kesempatan itu untuk IT terkait.
Prinsip pertama ketidaksengajaan kreatif mengatakan kegagalan yang hanya bisa produktif jika kita tidak fokus pada hal sebagai suatu hasil yang tidak produktif. Pertanyaannya bukanlah "Mengapa saya gagal?", tetapi lebih pada "Apa yang telah saya lakukan?". Dari sinilah kita melakukan evaluasi kemudian mencobany lagi. Beberapa dari kita malah mendapatkan hasil di luar yang kita bayangkan sebelumnya.
 (sumber: cukupsatu.com)

Mendiknas, Mohammad Nuh: Lima Mata Pelajaran akan Dikendalikan secara Nasional

Mata pelajaran Agama, Kewarganegaraan, Sejarah, Bahasa Indonesia, dan Matematika tidak akan diserahkan guru setempat untuk mengembangkan SKKD-nya. Mata pelajaran tersebut akan dirancang dari Jakarta setelah didiskusikan oleh pakar di bidangnya.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh bahwa Kementerian Pendidikan Nasional berencana merombak kurikulum beberapa mata pelajaran pada pendidikan dasar dan menengah.
"Belum saya setujui. Sekarang ini kurikulum dikembangkan oleh pihak sekolah, ke depan akan kita tata lagi. Beberapa materi dipegang secara nasional, sementara yang lain diserahkan kepada daerah, provinsi, atau kabupaten kota," kata Nuh, Jumat (6/5/2011) siang di Jakarta.

Nuh mengatakan, beberapa mata pelajaran yang akan dikendalikan secara nasional adalah Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Sejarah, Bahasa Indonesia, dan Matematika.

"Kenapa materi ini kita pegang secara nasional? Karena ini yang menjadi perekat, yang membuat kita punya ikatan secara nasional. Kalau Matematika, itu logika nasionalnya. Jadi, kita tidak boleh membedakan antara Matematika di Jakarta dan di daerah sehingga kelima materi itu harus dibuat dalam konteks universal keindonesiaan," ujar Nuh.

Sementara materi yang terkait dengan muatan lokal, lanjutnya, seperti kesenian dan budaya, sekolah tetap memiliki wewenang penuh menyusun kurikulum tersebut. Masalah-masalah yang terkait dengan seni budaya dan muatan lokal itu diserahkan kepada sekolah atau daerah.

"Ada juga yang digabung dalam tingkat provinsi, seperti Bahasa Inggris, akan disesuaikan antara pusat dan daerah," kata Nuh. Nuh mengungkapkan, jika dahulu ada kurikulum yang diserahkan dan dikembangkan oleh sekolah, idenya akan bagus, bisa memberikan kebebasan dan penguatan di tingkat sekolah. Hanya saja, perlu ada sesuatu yang dicermati secara nasional.

"Yang akan kita rombak pertama kali adalah di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jika mahasiswa relatif mudah, yang penting kurikulum secara nasional ini kita tata kembali. Ada yang mengacu pada standar nasional maupun standar daerah," ujarnya.(sumber: Kompas.com)

Lulusan SMK Keperawatan Tidak Bisa Jadi Perawat

Detik. Health.com melaporkan bahwa di daerah dan beberapa kota masih banyak orang yang masuk SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) jurusan keperawatan dan berharap setelah lulus dapat langsung menjadi perawat. Padahal SMK jurusan keperawatan bukan sekolah untuk jadi perawat.

"Untuk jadi perawat itu minimal D3 dan SMK jurusan keperawatan bukan sekolah untuk jadi perawat," jelas Dewi Irawaty, MA. PhD, Ketua Umum Persatuan Perawatan Nasional Indonesia (PPNI) dalam acara pertemuan Press Briefing di Gedung Kemenkes, Jakarta, Jumat (6/5/2011).

Menurut Dewi, masih banyak orang yang masuk SMK jurusan keperawatan dan berharap setelah lulus bisa langsung bekerja menjadi perawat dan dikirim ke luar negeri.

"Kan kasian kalau seperti ini, jadi banyak yang merasa tertipu," jelas Dewi yang juga merupakan Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Dewi juga menjelaskan, dengan masuk SMK jurusan keperawatan juga tidak ada kemudahan khusus yang diberikan ketika siswa ingin melanjutkan ke Akademi Keperawatan atau Sekolah Tinggi.

"Semuanya sama yang SMK dan SMA. Jadi jangan tertipu, SMK bukan sekolah untuk jadi perawat," tegas Dewi.

Bahkan pada tahun 2015 mendatang, lanjut Dewi, PPNI mewacanakan bahwa semua tenaga perawat harus dari lulus sarjana (S1), tetapi dengan asumsi pada waktu itu (tahun 2015) penataan sudah dimulai.

"Tapi kalau kita lihat kondisi sekarang sepertinya belum bisa. Yang terpenting, mari berikan rakyat pelayanan yang terbaik," tutup Dewi. (sumber: detik.health.com)

Hambatan Guru saat Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Oleh Suyatno

Jika mendengarkan uraian para pakar saat seminar atau pelatihan PTK, rasanya melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas terasa mudah. Namun, jika informasi itu diterapkan di kelas oleh guru, hambatan mulai berdatangan yang pada akhirnya menutup kemauan guru untuk melakukan. Hambatan itu sangat banyak dan kompleks serta lebih banyak muncul dibandingkan keuntungannya. Oleh karena itu, jalan yang harus dilalui oleh guru adalah membuang hambatan menjadi sebuah kesempatan.

Berikut ini beberapa hambatan dan pemecahan dalam melaksanakan PTK.
(1) Malas Melakukan
      Oleh karena guru tidak pernah melaksanakan PTK sebelumnya, terkadang muncul rasa malas melakukan. Alasan yang diberikan adalah banyak tugas lain, terlalu ribet, dan tidak dapat melakukannya. PTK belum menjadi kewajiban penuh sehingga guru sedikit ogah-ogahan.
(2) Merasa Tidak Bisa
     Yang dipakai sebagai alasan kedua oleh banyak guru adalah kata-kata "saya tidak bisa", padahal guru belum mencobanya. Ketika mendengar PTK lalu terbayang ketebalan laporan, guru menyerah seperti kalah perang. Apalagi dalam dirinya terbayang selama ini tidak pernah menulis apapun.
(3) Buta Masalah
     "Membuat PTK? Ah, tidaklah karena kelas saya tidak pernah ada masalah. Buktinya, tiap tahun semua naik kelas:", kata seorang guru. Guru tersebut merasakan bahwa di kelasnya tidak ada masalah karena memang tidak pernah tahu akan masalah pembelajaran.
(4) Takut Diketahui Belangnya
      PTK itu syaratnya harus kolaboratif atau kerja sama dengan guru lain. Nah, saat guru lain itu membantu, guru yang bersangkutan takut ketahuan keburukannya. Kalau keburukan diketahui oleh orang lain, celakalah dunia guru yang bersangkutan.
(5) Jalan Pintas dan Instan
     Mengapa harus susah payah membuat PTK sebagai syarat kepangkatan? Bukankah banyak lembaga yang dapat membuatkan PTK. Yang terpenting mempunyai uang untuk membeli PTK. Guru tipe ini tidak peduli PTK bermanfaat bagi kinerja dirinya atau tidak. Yang penting baginya, ada PTK atas namanya dan tidak melalui jalan susah-susah.
(6) Hasilnya Itu-Itu Saja
     Ratusan PTK yang ada hasilnya sama, yakni dari kasus itu ke itu saja. Jadi, tidaklah perlu PTK karena hanya menghabiskan waktu saja. Hambatan ini lebih dipengaruhi oleh ketidaktahuan atas manfaat PTK sebagai obat pembelajaran.

Sabtu, 07 Mei 2011

Dengan Learning by Doing, Prposal Penelitian Tindakan Kelas 41 Guru SDN Sememi 1 Benowo Berkategori Baik

Mulanya, 41 guru SDN Sememi 1 Benowo susah untuk menulis kalimat dalam paragraf apalagi menuliskan proposal sebuah penelitian. Namun, rasa susah itu sirna dalam sekejap setelah komitmen diri meluap-luap dalam pelatihan pembuatan proposal PTK yang diadakan dengan pola learning by doing. Saat ini, telah tersusun 41 proposal PTK yang siap untuk dilaksanakan. Tiga bulan ke depan, di SDN Sememi 1 Benowo akan ada arsip PTK sejumlah 41 berkas.

Jika guru di sekolah lain sampai saat ini susah benar membuat proposal dan pada ujung-ujungnya bisa jadi "membeli" PTK, guru SDN Sememi 1 Benowo  justru rela bersusah payah membuat hanya dengan satu tujuan, yakni dapat menulis sendiri. Kondisi itu muncul setelah mereka pada bulan Oktober tahun lalu dilatih secara langsung oleh garduguru di SDN Sememi 1 Benowo Surabaya.

Pelatihan yang dipandu garduguru sangat asyik dan lain dari yang lain. "Saya pernah ikut pelatihan PTK tapi seharian hanya ceramah saja sehingga pulang tidak bisa. tapi, pelatihan dengan Bapak Suyatno, setengah hari, saya langsung bisa", kata Pak Pur, guru olahraga SDN Sememi 1 Benowo Surabaya yang diamini guru-guru lain.Semua itu terwujud berkat inovasi kepala sekolah, Drs. trubus, yang berkeinginan bahwa guru-gurunya harus pandai mengkaji pembelajaran yang dilakukan sendiri melalui tulisan penelitian.

Saat jumat, 6 Mei 2011, garduguru datang ke SDN Sememi 1 untuk melihat hasilnya. Ternyata, semua guru menyodorkan proposal yang mantap dan siap untuk dilaksanakan. padahal, bayangan garduguru, proposal yang dibuat masih sebatas catatn-catatan singkat. Ternyata anggapa itu keliru. Jadi, dapat dipastikan, laporan PTK pada Juli mendatang pasti akan terealisasi. Bukankah penelitian yang baik diawali oleh proposal yang baik pula.

Langkah 50, untuk Guru Sukses

Kalau sudah menjadi guru, Anda jangan puas terlebih dahulu karena bisa jadi Anda berada di kandang gagal. Dalam perjalanan mengajar, ada guru di kandang gagal dan ada yang di kandang sukses. Seharusnya, guru selalu berada di kandang sukses dalam kondisi apapun. Jika guru sukses, siswanya pasti akan turut sukses tetapi jika guru gagal tentu siswanya lebih gagal lagi dalam menapaki kehidupan. 
Guru sukses bersumber dari mental. Guru boleh saja miskin finansial namun dia harus kaya kesuksesan dan pada akhirnya guru itu akan kaya finansial. Jika seorang guru terlahir kaya, namun tidak memiliki mental sukses, maka kelak guru itu pun bisa jatuh melarat.

Guru dapat meraih sukses dengan mengembangkan 50  langkah sukses ini. Namun, ingat juga bahwa ukuran kesuksesan bukanlah uang, melainkan mental puas itu sendiri.

1. Carilah dan temukan kesempatan saat guru lain gagal menemukannya.

2.Guru sukses melihat masalah sebagai bahan pembelajaran dan bukannya kesulitan belaka.

3.Fokus pada solusi, bukan berkubang pada masalah pembelajaran yang ada.

4.Menciptakan jalan suksesnya sendiri dengan pemikiran dan inovasi yang ada.

5.Guru sukses boleh merasa takut, namun mereka kemudian mengendalikan dan mengatasinya.

6.Guru sukses selalu mengajukan pertanyaan yang tepat, sehingga menegaskan kualitas pikiran dan emosional yang positif.

7.Guru sukses jarang mengeluh.

8.Guru sukses tidak menyalahkan orang lain, namun mengambil tanggung jawab atas tindakannya.

9. Guru sukses selalu menemukan cara untuk mengembangkan potensi diri dan menggunakannya dengan efektif.
10. Guru sukses selalu sibuk, produktif, dan proaktif, bukan luntang-lantung.

11.Guru sukses mau menyesuaikan diri dengan sifat dan pemikiran orang lain.

12. Guru sukses memiliki ambisi atau semangat.

13.Tahu benar apa yang diinginkan.

14.Guru sukses senantiasa inovatif dan bukan plagiat.

15. Guru sukses tidak menunda-nunda apa yang ada.

16.Guru sukses memiliki prinsip bahwa hidup adalah proses belajar yang tiada henti.

17.Guru sukses tidak menganggap diri sempurna sehingga sudi belajar dari orang lain.

18. Guru sukses melaksanakan apa yang seharusnya, bukan apa yang mereka mau lakukan.

19.Guru sukses mau mengambil resiko, tapi bukan nekat.

20.  Guru sukses menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan segera.

21.  Guru sukses tidak menunggu datangnya keberuntungan, atau kesempatan. Merekalah yang menciptakannya.

22.Guru sukses bertindak bahkan sebelum disuruh/ diminta.

23.Guru sukses  mampu mengendalikan emosi dan bersikap profesional.

24. Guru sukses adalah komunikator yang handal.

25. Guru sukses mempunyai rencana dan berusaha membuatnya menjadi kenyataan.

26. Guru sukses menjadi luar biasa karena mereka memilih untuk itu.

27. Guru sukses berhasil melalui masa-masa berat yang biasanya membuat orang lain menyerah.

28. Guru sukses tahu apa yang penting bagi mereka dan melakukan yang terbaik yang mereka bisa.

29.Guru sukses memiliki keseimbangan. Mereka tahu bahwa uang hanya alat, bukan segalanya.

30.Guru sukses paham betul pentingnya disiplin dan pengendalian diri.

31. Guru sukses merasa aman karena mereka tahu mereka berharga.
32.Mereka juga murah hati dan baik hati.

33.Mereka mau mengakui kesalahan dan tidak segan untuk minta maaf.

34. mau beradaptasi dengan perubahan.

35. Guru sukses menjaga kesehatan dan performa tubuh.

36. Guru sukses rajin.

37. Guru sukses selalu ulet
38. Guru sukses terbuka dan mau menerima masukan dari orang lain.

39.  Guru sukses tetap bahagia saat menghadapi pasang surut kehidupan.

40.Guru sukses tidak bergaul dengan orang-orang yang salah/ merusak.

41. Guru sukses tidak membuang waktu dan energi emosional untuk sesuatu yang di luar kendali mereka.

42.Guru sukses nyaman bekerja di tempat yang ada.

43. Guru sukses memasang standar yang tinggi bagi diri sendiri.

44. Guru sukses tidak mempertanyakan mengapa mereka gagal namun memetik pelajaran dari itu semua.

45. Guru sukses tahu bagaimana harus rileks, menikmati apa yang ada, dan mampu bersenang-senang dalam kecerobohan sekalipun.

46.Karir mereka bukanlah siapa mereka, itu hanyalah pekerjaan.
 
47.Guru sukses lebih tertarik pada apa yang efektif ketimbang pada apa yang mudah.

48. Guru sukses menyelesaikan apa yang telah mereka mulai.

49. Guru sukses menyadari bahwa mereka bukan hanya makhluk hidup belaka, namun juga makhluk rohani.

50.Guru sukses melakukan sesuai yang mereka katakan.

Rabu, 04 Mei 2011

Inilah Ketentuan Sertifikasi Guru 2011

Anda guru yang diprediksikan meraih sertifikasi pendidik untuk tahun 2011? Jika ya, ada baiknya ikuti informasi di bawah ini. Informasi ini disalin dari SK Mendiknas no 11 tahun 2011 tentang proses sertifikasi pendidik tahun 2011. Semoga Anda secepatnya dapat sertifikasi pendidik dengan sah dan halal.

Sertifikasi bagi guru dalam jabatan selanjutnya disebut Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang bertugas sebagai guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling, dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan. Sertifikasi dilaksanakan melalui:
a. penilaian portofolio;
b. pendidikan dan latihan profesi guru;
c. pemberian sertifikat pendidik secara langsung; atau
d. pendidikan profesi guru.

Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan:
a. kualifikasi akademik;
b. pendidikan dan pelatihan;
c. pengalaman mengajar;
d. perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran;
e. penilaian dari atasan dan pengawas;
f. prestasi akademik;
g. karya pengembangan profesi;
h. keikutsertaan dalam forum ilmiah;
i. pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan
j. penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan

Sertifikasi diikuti oleh guru dalam jabatan yang:
a. memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV);
b. belum memenuhi kualifikasi akademik S-1 atau D-IV apabila sudah:
1. mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 tahun
sebagai guru; atau
2. mempunyai golongan IV/a, atau yang memenuhi angka kredit kumulatif
setara dengan golongan IV/a;
c. telah diangkat menjadi guru sebelum tanggal 30 Desember 2005.

Guru dalam jabatan yang memilih Sertifikasi melalui penilaian portofolio harus mengikuti tes awal yang dikoordinasikan oleh Konsorsium Sertifikasi Guru. Guru dalam jabatan yang lulus dalam tes awal harus menyerahkan portofolio untuk penilaian. Kemudian, jika guru dalam jabatan yang tidak lulus dalam tes awal, dia harus mengikuti pendidikan dan latihan profesi guru. Guru dalam jabatan yang memenuhi syarat kelulusan akademik dan administrasi penilaian portofolio mendapat sertifikat pendidik. Guru dalam jabatan yang belum memenuhi syarat kelulusan administrasi penilaian portofolio dapat melengkapi administrasi portofolio. Guru dalam jabatan yang belum memenuhi syarat kelulusan akademik penilaian portofolio mengikuti pendidikan dan latihan profesi guru yang diakhiri uji
kompetensi.
Sertifikasi melalui pendidikan dan latihan profesi guru diperuntukkan bagi guru yang:
a. tidak memiliki kesiapan diri untuk penilaian portofolio;
b. tidak lulus penilaian portofolio; dan
c. dinyatakan tidak memenuhi persyaratan untuk memperoleh sertifikat pendidik secara langsung.

Guru dalam jabatan yang lulus pendidikan dan latihan profesi guru mendapat sertifikat pendidik. Guru dalam jabatan yang tidak lulus pendidikan dan latihan profesi guru diberi kesempatan mengulang uji kompetensi satu kali.

Sertifikasi melalui pemberian sertifikat pendidik secara langsung diperuntukkan bagi:
a. guru yang sudah memiliki kualifikasi akademik S-2 atau S-3 dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan dengan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran yang diampunya dengan golongan paling rendah IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b;
b. guru kelas yang sudah memiliki kualifikasi akademik S-2 atau S-3 dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan dengan tugas yang diampunya dengan golongan paling rendah IV/b atau yang  memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b;
c. guru bimbingan dan konseling yang sudah memiliki kualifikasi akademik S-2 atau S-3 dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan dengan tugas bimbingan dan konseling dengan golongan paling rendah IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b;
d. guru yang diangkat dalam jabatan pengawas pada satuan pendidikan yang sudah memiliki kualifikasi akademik S-2 atau S-3 dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan dengan tugas kepengawasan dengan golongan paling rendah IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b; atau
e. guru yang sudah mempunyai golongan paling rendah IV/c, atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/c.

Sertifikasi bagi guru dalam jabatan melalui pendidikan profesi guru dilaksanakan sesuai peraturan perundangundangan. Sertifikasi diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan
program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Menteri. Perguruan tinggi itu harus memiliki program studi kependidikan yang relevan dengan bidang studi/mata pelajaran guru yang disertifikasi dan dapat didukung oleh perguruan tinggi yang memiliki program studi terakreditasi yang relevan dengan bidang studi/mata pelajaran guru yang di sertifikasi.

Perguruan tinggi penyelenggara Sertifikasi wajib melaporkan setiap perubahan berkenaan dengan peserta Sertifikasi kepada Konsorsium Sertifikasi Guru. Perguruan tinggi penyelenggara Sertifikasi wajib melaporkan guru yang sudah mendapat sertifikat pendidik kepada Konsorsium Sertifikasi Guru. Konsorsium Sertifikasi Guru melaporkan guru yang sudah mendapat sertifikat pendidik kepada Menteri. Berdasarkan laporan tersebut, Menteri atau pejabat yang ditunjuk memberi nomor registrasi guru.
Berkaitan dengan kuota, menteri menetapkan kuota peserta sertifikasi setiap tahun. Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menentukan peserta Sertifikasi berdasarkan kuota yang ditetapkan oleh Menteri.

Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang belum memenuhi kualifikasi akademik S-1 atau D-IV, berlaku dalam jangka waktu 5 tahun sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Sertifikasi yang diatur dalam Peraturan Menteri ini berlaku juga untuk sertifikasi bagi pengawas satuan pendidikan selain guru yang diangkat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
(sumber: sertifikasiguru.org)