Senin, 20 Desember 2010

Ujian Nasional 2011 dengan Formula Baru

Pemerintah dan Badan Standar Pendidikan Nasional telah siap dengan formula baru penilaian kelulusan siswa dari satuan pendidikan. Untuk itu, pelaksanaan ujian nasional tahun ajaran 2010/2011 hanya dilaksanakan satu kali pada bulan Mei 2011.
Ujian nasional (UN) utama untuk SMA/SMK digelar pada minggu pertama Mei 2011, sedangkan untuk SMP pada minggu kedua Mei 2011. Adapun UN susulan bagi mereka yang belum mengikuti UN utama dilaksanakan satu minggu kemudian. Pada tahun ini UN ulangan ditidakan. Adapun ujian sekolah diadakan sebelum pelaksanaan UN.
Demikian perubahan yang terungkap dalam sosialisasi kebijakan UN Tahun Pelajaran 2010/2011 yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) di Jakarta, Kamis (17/12).
Kegiatan tersebut selain untuk mensosialisasikan juga meminta masukan soal perubahan UN dari dinas pendidikan kota/kabupaten dan perguruan tinggi.Pemerintah memang telah memegang formula baru. Namun, sebelum ditetapkan secara resmi, pemerintah dan BSNP meminta masukan dari daerah apakah perubahan dalam pelaksanaan UN 2011 bisa diterima dengan baik.
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan dengan adanya formula baru yang mengevaluasi siswa secara komprhensif selama tiga tahun belajar, polemik UN yang muncul tiap tahun diharapkan bisa berhenti. "Kita nantinya mesti lebih fokus pada apa yang perlu dikerjakan atau diperbaiki dari hasil UN," ujar Nuh.
Ketua BSNP Djemari Mardapi mengatakan penilaian kelulusan antara UN dan hasil belajar di sekolah tidak lagi saling memveto, namun bisa saling membantu. Untuk itu, penilaian UN digabung dengan nilai dari sekolah.
Kelulusan siswa dari sekolah dengan melihat nilai gabungan rencananya dipatok minimal 5,5. Nilai gabungan merupakan perpaduan nilai UN dan nilai sekolah untuk setiap mata pelajaran UN.
Rumus yang ditawarkan pemerintah untuk nilai gabungan = (0,6 x nilai UN) + (0,4 x nilai sekolah). Nilai sekolah dihitung dari nilai rata-rata ujian sekolah dan nilai rapor semester 3-5 untuk tiap mata pelajaran UN.
Nuh mengatakan bobot UN mesti lebih besar dari nilai sekolah untuk mengontrol hasil kelulusan. Pasalnya, dari data-data yang ada masih banyak sekolah yang me-mark up nilai siswa.
Dengan formula baru ini, rencananya akan dipatok nilai tiap mata pelajaran minimal 4,00. Integrasi nilai UN dan nilai sekolah ini diharapkan jadi pendorong untuk menganggap penting semua proses belajar sejak kelas 1 hingga kelas 3.
Adapun kriteria kelulusan ujian sekolah diserahkan kepada sekolah. Nilai sekolah merupakan nilai rata-rata dari ujian sekolah dan nilai rapor semester 3-5 setiap mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendiknas Mansyur Ramli mengatakan penilaian kelulusan siswa tidak lagi hasil potret evaluasi sesaat. Penilaian dilakukan selama proses belajar siswa di sekolah. (sumber: Edukasi/Kompas.Com/2010

Guru di Mata Mbok Siti (91)

Kupegangi rinjing (keranjang dari bambu yang dianyam rapat stinggi 50 cm yang biasanya untuk belanja atau wadah sesuatu) dengan seksama. Maklum, selama ini tidak pernah menjumpai benda seperti itu. Yang aku tahu rangsel, keranjang pelastik, dan wadah pelastik lainnya. Ternyata, setelah aku tanya ke Mbok siti, sangat banyak hasil kebudayaan pendahulu kita yang nyaris punah karena ditinggalkan generasinya, termasuk saya yang hampir meninggalkan hasil kriya tesebut. Ada cikrak, bubu, tompo, dan yang lainnya.
"Benda-benda itu berasal dari bambu yang ada di sekitar rumah ini. Tumbuhan itu dekat dengan kita sehingga warga memanfaatkan untuk keberlangsungan hidupnya", jawab Mbok Siti sambil menunjukkan semua benda yang terbuat dari bambu. Aku manggut-manggut kagum.
"Awal mulanya adalah bambu, belum terlihat apa-apa, dan belum disebut apa-apa karena belum berubah bentuk sehingga memunculkan fungsi", kata Mbok Siti dengan tenang. Bambu berubah karena ada tujuan untuk mengubahnya. Perubahan itu tentu melalui proses berdasarkan fungsi apa yang akan dikehendaki. Semua siswa sama dan belum terlihat apa-apa. tetapi, jika siswa disentuh dengan tujuan mulia, siswa itu akan menjadi mulia. Jika disentuh dengan kebiadaban, siswa itu akan lebih biadab. Olahlah siswa dengan tujuan kemanusiawian agar benar-benar menjadi manusia beradab sehingga mempunyai nilai lebih menjadi seorang manusia. Begitulah bambu, jika diolah juga akan memberikan nilai lebih dan nilai tambah.

Guru di Mata Mbok Siti (90)

Aku terheran-heran melihat sangkar burung kepodang di dahan rimbun pohon belinjo belakang rumah Mbok Siti. Burung kepodang kuning itu terasa nyaman menentukan sarang di dahan itu sehingga menetaskan empat calon burung merdu itu karena memang lokasinya aman dan tenteram tanpa gangguan. Tampak keempat kepodang cilik mendongak sambil melebarkan parunya untuk menerima makanan nikmat dari sang induk. Terlihat begitu cepat, sang induk membawa bulir buah pisang kemudian melolohkannya ke anak-anaknya. Suara begitu riuh tanda mereka bahagia.
"Kok asyik sekali, anakku", sapa Mbok sambil berada di sebelahku dan ikut menonton tanpa kedip.
"Induk kepodang itu begitu telaten dan sabar membagi makanan secara rata ke semua anaknya", jawabku.
"Itulah modal kuat induk kepodang untuk membesarkan dan mengantarkan anak kepodang untuk bisa terbang mencari makan sendiri", sahut Mbok yang tangannya masih tampak lincah saat menunjuk sangkar burung.
Jika guru mempunyai ketelatenan, ketelitian, dan kesabaran dalam menumbuhkembangkan siswanya, niscaya siswa akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Sabar bukan berarti lambat. Lihatlah induk burung itu yang membagi rata makanan ke semua anaknya. Kesempatan siswa sama antara satu dengan yang lainnya. Dengan begitu, layanan juga harus sama.

Guru di Mata Mbok Siti (89)

Tiba-tiba ban sepeda motorku kehilangan angin alias gembos saat aku hendak pulang dari rumah Mbok Siti. Terpaksa aku menuntunnya untuk kubawa ke tukang tambal yang jaraknya agak jauh. Tiba-tiba, Mbok Siti menghampiriku karena tahu aku menuntun sepeda motor dengan susah payah.

"Kok dituntun anakku?", tanya Mbok dengan lirih.
"Angin ban menghilang, Mbok", jawabku sambil memegangi ban yang gembos itu.
"Tidak apa-apa, Nak. Khan masih ada tukang tambal ban", jawab Mbok untuk menghiburku.
"Cobalah perhatikan, anakku. Kita tahu ban itu gembos karena kelihatan ban itu penyet dan kosong anginnya", kata Mbok yang selalu sabar dalam setiap kesempatan. Begitu pula, kita akan cepat tahu siswa di kelas belum ada isinya dengan penanda luarnya, seperti mata yang sayu, gerakan lambat, geleng-geleng kepala, atau tanda-tanda lainnya. Kalau sudah tehu begitu, siswa perlu diperhatikan dengan seksama. Guru hebat harus teramat paham dengan gejala seperti itu sehingga dapat dengan cepat membahagiakan siswa dengan mengembalikan kepercayaannya.