Selasa, 25 Mei 2010

PPG Berdasarkan Permeniknas

Peserta PPG yang dapat diterima ialah yang memiliki potensi dasar memadai, memunyai basis keilmuwan yang kuat, mau belajar terus, pebelajar cepat yang inovatif, open minded, dan menguasai ICT.

Perlu diketahui bahwa dasar hukum penyelenggaraan PPG ini adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.8 Tahun 2009 tentang Program Pendidikan Profesi Guru Prajabatan. Sementara itu, dasar hukum Unesa sebagai penyelenggara PPG diatur dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pndidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 6/Dikti/Kep/2007 Tanggal 2 April 2007.

Dalam program PPG itu, kuota mahasiswa PPG diidealkan dengan kebutuhan guru di suatu tempat. Hal ini dilakukan agar tidak ada mahasiswa lulusan PPG yang tidak mendapat pekerjaan sebagai guru. Satu hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa tidak secara otomatis guru yang sudah bersertifikat lantas mendapat tunjangan profesi. Tunjangan profesi hanya akan diperoleh jika guru tersebut lolos dalam usulan yang dilakukan sekolah.

Lalu, bagaimana pendaftaran program PPG? Proses seleksi mahasiswa akan dilakukan program studi atau jurusan di bawah koordinasi LPTK penyelenggara dan calon peserta yang lolos seleksi akan dilaporkan kepada Dirjen Dikti untuk mendapatkan nomor registrasi program PPG. Struktur kurikulum PPG yang digunakan sama, baik yang bagi lulusan S-1 kependidikan maupun nonkpedidikan. Struktur kurikulumnya meliputi pengemasan materi bidang studi untuk pembelajaran (student specific pedagogic) dan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)kependidikan,” jelas Ketut.

Kuota tiap kelas dibatasi sebanyak 25 orang. Pelatihan pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan pada semester pertama senangyak 20 sks, kemudian dilanjutkan dengan PPL yang ditempuh sebanyak 18 sks dalam satu semester di sekolah mitra.
Jalur pendidikan profesi guru dapat ditempuh calon pendaftar dalam tiga kategori, yaitu jalur portofolio, jalur pendidikan dalam jabatan bagi guru PNS, dan pendidikan prajabatan bagi calon pendaftar dari nonkependidikan. Kurikulum tambahan dalam bentuk matrikulasi pada program PPG didasarkan pada kualifikasi akademik calon mahasiswa PPG, yakni (a) S1 kependidikan yang sesuai, (b) S1 kependidikan yang serumpun ditambah matrikulasi, (c) S1/D4 nonkependidikan yang sesuai ditambah matrikulasi, (d) S1/D4 nonkependidikan yang serumpun ditambah matrikulasi, dan (e) S1 Psikologi untuk PAUD atau SD ditambah matrikulasi, kecuali lulusan non-LPTK yang mengambil akta IV karena dianggap sudah tidak relevan. Yang dimaksud matrikulasi dalam hal ini penyamaan persepsi tentang ilmu kependidikan dalam bentuk semester pendek.

PPG sebagai Syarat Menjadi Guru

Sebentar lagi, PPG akan diluncurkan menjadi program baru bagi calon guru bersertifikat. Lolos PPG, seseorang diakui sebagai guru profesional tanpa harus mengikuti portofolio atau diklat PLPG. Program PPG direncanakan berjalan selama setahun yang terdiri atas dua semester, 40 kredit SKS.

Dalam PPG, semua peserta dilibatkan ke dalam workshop dan praktik tanpa ada teori seperti di bangku kuliah. Praktik berjalan selama satu semester setelah peserta PPG praktik membuat perencanaan berupa silanus dan RPP. Asyiknya, calon guru mendiagnosis permasalahan pembelajaran lalu mempraktikkan solusi pembelajaran secara nyata.

Sampai saat ini, yang kebelet untuk ikut PPG sangat banyak. Hanya saja, pelaksanaan PPG belum diberlakukan. Saat ini hanya sebatas visitasi tim untuk menilai kelayakan perguruan tinggi dalam menyelenggarakan PPG yang tidak teoretis itu. Mungkin, sebentar lagi ada kejelasan tentag PPG ini. Untuk itu, semua calon guru bersabar.

Kepala Sekolah Buruk: Guru Baik Dinilai Jelek, Guru Jelek Dinilai Baik

Tidak semua kepala sekolah itu baik dan tidak semua kepala sekolah itu buruk. Kepala sekolah yang baik biasanya didasari oleh mental dan motivasi baik dalam mengembangkan sekolah menjadi unggul. Sebaliknya, kepala sekolah buruk adalah sosok yang merasa bahwa semuanya berjalan dengan baik meski tanpa sentuhannya.

Kepala sekolah buruk biasanya suka jungkir balik berpikir dan berbuatnya. Dia tidak dapat melihat guru apa adanya. Dia buta akan fakta dan bukti yang sebenarnya. Kelakuan buruk menjadi kebiasaannya tetapi menurutnya kelakuan buruk merupakan tindakan baik. "Ah, yang mengatakan buruk khan orang lain", ujar kepala sekolah buruk.

Ciri kepala sekolah buruk kalau berbuat selalu memunculkan konflik dan kelompok partisan guru. Guru yang dianakemaskan akan memujanya sedangkan guru yang dianaktirikan mencibir dan membentuk kelompok perlawanan meski sebatas kasak-kusuk. Guru yang mengajar dengan baik tetapu tidak mendukung kepala sekolah selalu dinilai buruk. Begitu sebaliknya, guru jelek selalu dinilai baik meski sebenarnya juga jelek. Penilaian adalah sulap bagi kepala sekolah. Benarkah?

Usia 1 s.d. 5 Tahun Masa Terbaik untuk Otak Berkembang

Masa usia 0 s.d. 5 tahu sekitar 80 persen otak anak berkembang sehingga peran orangtua sangat dibutuhkan dalam mengawasi tumbuh dan berkembangnya otak anak. Pada rentang usia itu disebut masa golden age otak anak berkembang sangat cepat sehingga informasi apapun akan diserap, tanpa melihat baik atau buruk. Tugas orangtua adalah mengarahkan anaknya lebih baik, dengan rasa cinta dan kasih sayang.

Selain berperan sebagai pengawas tumbuh dan berkembangnya anak-anak mereka, orangtua bertugas menambah pengetahuan, terutama seputar pertumbuhan anak. Namun, orangtua tidak bisa memaksakan pertumbuhan anak sesuai kemauannya, seperti menyuruh belajar di luar kemampuan anak dengan maksud agar anak mereka kelak menjadi pintar. Orangtua harus menunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak suka meniru orang-orang terdekatnya.

Orangtua harus mengawasi anak mereka ketika menonton acara televisi. Karena saat ini banyak sekali program televisi yang tidak cocok bahkan tidak layak ditonton bagi anak-anak karena dikhawatirkan akan ditiru, seperti acara gosip yang menonjolkan isu-isu perceraian selebritis. Lebih baik televisi dimatikan saja agar anak tidak terkontaminasi dengan program-program televisi tersebut. Kalaupun harus menonton, usahakan kita juga ikut menonton sehingga bisa menjadi sensor acara televisi yang sedang ditonton anak kita. Bagi orangtua yang mempunyai waktu singkat untuk berkumpul dengan anak-anaknya, usahakan anak diasuh oleh orang yang tepat dan harus tetap meluangkan waktu untuk sang buah hati.

Mendiknas Muh. Nuh: Persebaran Guru Tidak Merata

Sampai saat ini distribusi guru di Indonesia masih belum merata. Sebanyak 68 persen sekolah di kota kelebihan guru, sementara 37 persen sekolah di desa dan 66 persen sekolah di daerah terpencil masih sangat kekurangan guru.

Belum meratanya distribusi tersebut merupakan persoalan disparitas yang perlu disadari sebagai satu dari sekian banyak persoalan pendidikan yang belum tertuntaskan. Demikian diungkapkan Mendiknas Mohammad Nuh seusai memberikan sambutan pembukaan pada Kongres Guru Indonesia (KGI) 2010 di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (20/5/2010).

"Ini akan menjadi bagian dari reformasi birokrasi pendidikan yang perlu dibenahi karena faktanya ada distribusi yang tidak bagus. Padahal, pilar kita selama ini kan ketersediaan, yaitu ketersediaan guru," ujar Mendiknas.

Untuk itu, kata Nuh, tengah disiapkan surat keputusan bersama tiga menteri, yaitu Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, yang dibutuhkan sebagai mekanisme baru untuk memperbaiki pemerataan distribusi guru.(sunber: Kompas.com)

Masalah Pendidikan di Provinsi NTB

Gubernur Nusa Tenggara Barat M. Zainul Majdi mengakui, pendidikan di daerah tersebut masih menghadapi banyak masalah yang perlu diatasi bersama. Masalah tersebut antara lain masyarakat yang belum memahami pentingnya pendidikan bagi anak usia dini, baik formal maupun nonformal, serta mutu pendidikan kejuruan yang relatif sangat kurang.

Demikian dikemukakan Zainul dalam Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) 2009 Gubernur NTB, di Mataram, Senin (24/5/2010), di hadapan sidang paripurna DPRD NTB. Dia menjelaskan, masalah lain yang dihadapi adalah tenaga pendidik mata pelajaran tertentu yang masih kurang.

"Selain itu minat masyarakat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi relatif masih rendah serta masih tingginya angka buta huruf," kata Zainul.

Menurutnya, di NTB hingga kini terdapat sekitar 417.991 warga yang masih menyandang buta aksara. Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, kata Zainul, pemerintah daerah melaksanakan sejumlah upaya antara lain memberikan bantuan alat/sarana bermain untuk merangsang minat masyarakat belajar.

"Selain itu menambah gedung dan ruang kelas baru serta mengembangkan SMP terbuka, SD dan SMP satu atap yang berlokasi di kecamatan, serta melengkapi sarana laboratorium IPA, biologi, bahasa dan komputer," katanya.

Pemerintah daerah juga terus mengangkat guru bidang studi tertentu yang langka, meningkatkan jumlah dana dan penerima beasiswa serta meningkatkan proses pembelajaran dengan 32 kali pertemuan melalui sistem blok.(sumber: kompas.com)

Selasa, 18 Mei 2010

Memanfaatkan Stres untuk Hal Positif

erlalu banyak stres memang bisa memberikan pengaruh kesehatan yang negatif, seperti penambahan berat badan, atau depresi. Namun, kita terlalu sering berfokus pada cara mengatasi stres dalam pekerjaan, hubungan dengan pasangan, atau dalam keluarga, sehingga akhirnya stres itu rasanya normal saja. Selama kita hidup, kita harus menghadapi stres tersebut.

Namun, bila Anda memandang stres dengan cara berbeda, hal itu sebenarnya akan membuat kita lebih sehat, lebih bahagia, dan mendorong kita untuk menjadi lebih baik. Ingin tahu sebabnya? Coba kita simak penjelasan dari beberapa pakar berikut ini.

1. Lebih kreatif. Anda pernah mendengar orang-orang yang merasa bisa bekerja lebih baik ketika berada di bawah tekanan? Umumnya mereka adalah orang-orang yang bekerja di bidang kreatif. Menurut Larina Kase, PhD, psikolog di Pennsylvania, dan penulis buku The Confident Leader: How the Most Successful People Go from Effective to Exceptional, hal ini bukan sekadar sugesti.

“Jika pikiran kita benar-benar tenang dan rileks, tidak ada alasan untuk memandang hal-hal secara berbeda. Kita cenderung merasa ada peningkatan stres ketika kita melalui jalan yang baru, karena perubahan sering dikaitkan dengan tekanan yang baru. Output Anda secara kreatif terasa menakutkan karena berbeda untuk Anda, dan Anda tidak tahu bagaimana respons orang lain," katanya.

2. Baik untuk sistem kekebalan. Penelitian menunjukkan bahwa stres akan menguntungkan sistem kekebalan, karena menimbulkan mekanisme perlawanan kita.

“Stres yang datangnya tiba-tiba bisa membantu sistem kekebalan," ujar Mark Goulston, MD, psikiater klinis dan penulis buku Get Out of Your Own Way: Overcoming Self-Defeating Behavior.

Ketika kortisol (hormon stres) dilepaskan, hal itu meningkatkan kekebalan dalam tubuh. Namun meskipun stres membuat tubuh kuat, bersemangat, dan bahkan menyehatkan, terlalu banyak stres juga bisa membuat kortisol berlebihan. Kelebihan hormon stres bisa menyebabkan obesitas pada perut. "Obesitas di bagian tengah ini sering dihubungkan dengan pengembangan penyakit kardiovaskular, diabetes melitus tipe 2, dan penyakit otak," kata Goulston.

3. Bikin tubuh prima. Angkat beban, lari, atau bersepeda statis selama 45 menit adalah bentuk stres pada tubuh. Namun, jenis stres yang baik, demikian pendapat Jessica Matthews, MS, personal trainer yang juga koordinator pendidikan untuk American Council on Exercise (ACE).

“Stres yang dihasilkan dari olahraga tingkat sedang cukup sehat, dan memberikan beberapa efek positif," katanya. “Dari perspektif fisiologis, tuntutan yang dibebankan pada tubuh selama latihan membantunya menjadi lebih efisien dalam menyelesaikan aktivitas harian."

Latihan teratur juga mampu mengurangi tingkat hormon stres dalam tubuh, dan secara bersamaan meningkatkan tingkat endorfin, sehingga menciptakan sensasi yang nyaman. Penelitian juga membuktikan bahwa latihan itu sendiri bisa membuat kita tahan terhadap stres.

4. Mampu memecahkan masalah. Ketika dihadapkan pada dilema, atau harus membuat keputusan besar, stres berperan menerangi nilai-nilai kita. Dr Kase menyarankan untuk mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh stres itu pada kita.

"Penelitian menunjukkan bahwa ktia cenderung paling bahagian ketika menggunakan keberanian kita," katanya. Namun khawatir secara berlebihan kadang-kadang bisa menjadi senjata makan tuan. “Akan sulit mendengar intuisi Anda ketika Anda berada dalam siklus kekhawatiran dan stres, jadi beri waktu untuk berpikir. Jalan-jalan dulu, tidur yang nyenyak, atau makan bareng."

5. Membuat anak merasa aman. Menurut para ahli, ibu yang merasa stres cenderung akan lebih melindungi anaknya. Misalnya, ketika sedang ramai berita penculikan anak, tentu Anda akan memberikan pengawasan lebih untuk anak Anda, bukan?

Penelitian dari Johns Hopkins University menyatakan bahwa anak-anak dari ibu yang menunjukkan peningkatan hormon kortisol selama kehamilan akan lebih berkembang dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang tidak begitu tertekan. Namun, tentu saja, ibu yang terlalu stres juga tidak akan memberikan pengaruh baik untuk anaknya. Sedikit stres tentu normal dan alami.

"Bila stres bisa meningkatkan kewaspadaan Anda, itu lebih baik," ungkap Dr Goulston. Tetapi, hati-hati juga jangan sampai Anda terlalu waspada, karena bisa menyebabkan Anda rapuh dan kaku. Hal ini disebut-sebut bisa menyebabkan perilaku impulsif.

6. Kenaikan gaji. Tekanan terlalu berat dalam pekerjaan tentu tidak sehat. Namun jenis stres yang membuat Anda tegar dalam lingkungan profesional bisa memberikan pengaruh baik bagi karier Anda.

“Tingkat stres dan kegelisahan akan membuat Anda tetap berenergi, fokus, dan termotivasi," ujar Dr Kase. “Tanpa stres yang cukup, Anda mungkin tak akan memberikan upaya maksimal, dan Anda cenderung membuat kesalahan. Ketika Anda terlalu nyaman, hal itu akan menjadi tanda bahwa Anda tidak mendorong diri Anda keluar dari zona nyaman, dan mengambil risiko yang diperlukan untuk mengembangkan karier Anda, seperti melakukan marketing atas diri Anda, atau meminta promosi." (sumber: Kompas.com)

Sekali lagi, terlalu stres juga tidak akan baik. Anda bisa mengurangi kemampuan untuk melihat solusi yang inovatif, dan menguras energi dan efisiensi.

Edutainment bagi Sekolah Unggul

Sudah saatnya sekolah selain mendidik juga memberikan nuansa menghibur sehingga terjadi kegembiraan dalam belajar. Konsep edutainment adalah sebuah konsep yang memadukan ajang pendidikan (education) serta hiburan (entertainment). Edutainment juga bisa menjadi salah satu bentuk media pembelajaran yang dipenuhi nuansa menghibur dan menyenangkan dan mudah dicerna oleh penontonnya.

Media ini sangat relevan untuk dikembangkan di tengah gencarnya upaya pemerintah menyukseskan pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi. Sebagai media pendidikan yang bernuansa menghibur, edutainment tidak hanya berperan membantu tenaga pengajar tetapi juga membantu siswa atau mahasiswa merealisasikan proses belajar secara mandiri dengan baik.

Berdasarkan berbagai penelitian, untuk mencapai tujuan pembelajaran sangat diperlukan model dan media pembelajaran yang mampu mengoptimalkan kerja otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Untuk itu, kegiatan belajar mengajar perlu dilakukan dalam suasana belajar yang menyenangkan dan rileks.

Dengan kondisi tersebut transfer of knowledge antara pengajar dan peserta didik dapat berlangsung dengan baik karena kerja otak akan optimal dalam menerima, menyimpan dan mengolah informasi tersebut menjadi pengetahuan baru, teknologi dan ide-ide kreatif.

Edutainment ditandai oleh sepuluh ciri sekolah unggul. Yakni kepemimpinan yang profesional, keterlibatan semua warga sekolah untuk memahami dan melaksanakan visi dan misi sekolah. Suasana sekolah yang menyenangkan. Kegiatan pembelajaran di sekolah yang sangat beragam. Guru mempunyai perencanaan pembelajaran. Semua program-program positif mendapat penguatan dari sekolah, orangtua, dan siswa.

Selain itu, sekolah melakukan monitoring dan evaluasi secara terprogram dan berdampak terhadap perbaikan sekolah. Hak dan kewajiban siswa dipahami dan dilaksanakan dengan baik di sekolah. Kemitraan antara sekolah dengan rumah tangga atau orangtua. Munculnya kreativitas dalam organisasi sekolah untuk pengembangan pendidikan.

Sabtu, 15 Mei 2010

Murid Gagal karena Guru Tidak Tabah

Salah satu penentu kegagalan murid adalah guru yang tidak tabah. Guru semacam itu isinya hanya marah, mengecam murid, dan menganggap murid lambat belajar. Padahal, semua tahu bahwa murid itu adalah sosok yang belum tahu, belum mengerti, dan belum bisa yang berbeda dengan guru. Guru adalah sosok yang sudah tahu, sudah mengerti, dan sudah bisa. Posisi itu memang sangat berbeda. Jika guru menyamakan murid dengan kemampuan guru, tentu stres guru akan mudah datang.

Memang, sebagai manusia, guru tidak bebas dari tekanan hidup atau stres. Banyak guru mudah mengeluh dan mudah menyerah dalam menghadapi tekanan hidup. Namun, ada guru yang begitu tegar, optimistis, dan memandang tekanan hidup sebagai tantangan yang dapat dihadapi. Perbedaan ini dapat disebut perbedaan dalam ketabahan menghadapi stres. Ketabahan hati ternyata memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesehatan fisik dan mental guru.

Ketabahan hati, keteguhan hati, atau hardiness, merupakan sesuatu yang harus dimiliki guru. Ketabahan hati sebagai suatu konstelasi karakteristik kepribadian berfungsi sebagai sumber daya untuk menghadapi peristiwa-peristiwa hidup yang menimbulkan stres. Cotton (1990)mengartikan ketabahan hati sebagai komitmen yang kuat terhadap diri sendiri, sehingga dapat menciptakan tingkah laku yang aktif terhadap lingkungan dan perasaan bermakna yang menetralkan efek negatif stres.

Sementara Quick dkk. (1997) menyatakan ketabahan hati sebagai konstruksi kepribadian yang merefleksikan sebuah orientasi yang lebih optimistis terhadap hal-hal yang menyebabkan stres. Ini sesuai dengan pendapat Kobasa yang melihat ketabahan hati sebagai kecenderungan untuk mempersepsikan atau memandang peristiwa-peristiwa hidup yang potensial mendatangkan stres sebagai sesuatu yang tidak terlalu mengancam.

Agar guru senantiasa tabah menghadapi muridnya, beberapa hal diperlukan bagi kelangsungan mengajarnya, yakni kontrol diri, komitmen, penyesuaian, dan rasa sabar. Selamat mengajar dengan tabah.

Musik Klasik Tak Bikin Anak Cerdas?

Berdasarkan riset terbaru, tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung apa yang disebut "efek Mozart", yang menghubungkan musik klasik Mozart dengan kemampuan kognitif.

Seperti dilaporkan HealthDay News, suatu penelitian telah memperdebatkan sekaligus mematahkan hasil riset terdahulu yang memperlihatkan hubungan antara mendengarkan musik Mozart dan peningkatan kemampuan otak.

Hasil studi pada 1993 yang diterbitkan di jurnal Nature menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart akan meningkatkan kemampuan kognitif. Alhasil, riset ini lalu memicu para orangtua untuk memperkenalkan bayi dan anak kecilnya pada musik klasik, serta pengusaha berlomba menjualnya ke berbagai sekolah, pusat perawatan siang hari dan orangtua.

Namun, hasil kajian terbaru para ilmuwan Austria tidak menemukan bukti signifikan kalau mendengarkan musik Mozart memberi pengaruh pada kemampuan kognitif seseorang.

Dalam studi paling mutakhir itu, para peneliti di University of Vienna mengkaji lebih dari 40 studi dan penelitian yang tak disiarkan yang meliputi lebih dari 3.000 subyek. Kesimpulan mereka adalah tidak ada riset yang mendukung pendapat bahwa musik Mozart meningkatkan kemampuan otak anak.

Secara khusus, temuan itu membantah mitos mengenai dampak peningkatan kemampuan otak di antara pendengar musik Mozart. Para peneliti melaporkan bahwa mereka tak dapat mengonfirmasi dampak menguntungkan dari mendengarkan musik Mozart.

"Saya menyarankan mendengarkan musik Mozart kepada setiap orang, tetapi ini tak memenuhi harapan akan peningkatan kemampuan kognitif," kata penulis studi itu, Jakob Pietschnig, ahli ilmu jiwa di University of Vienna.(sumber: Kompas.com)

UI Peringkat Enam Besar di Asia Tenggara

Universitas Indonesia (UI) masuk dalam jajaran peringkat enam besar di Asia Tenggara dan menempati peringkat 50 perguruan tinggi terbaik di Asia. Peringkat ini didapatkan UI berdasarkan penilaian yang dikeluarkan oleh Asian University Rankings-QS.com terhadap 200 perguruan tinggi di Asia.
Setidaknya ini memicu UI untuk terus berbenah diri dalam meningkatkan kualitas akademik dan non akademik yang dimilikinya.
-- Visnu Juwono

Demikian peringkat tersebut dikeluarkan Asian University Rankings-QS.com pada Kamis, (13/5/2010) lalu. UI menggungguli beberapa perguruan tinggi terkemuka di Asia seperti National Taiwan University of Science and Technology (56), University Kebangsaan Malaysia (58), dan Tokyo Metropolitan University (64).

Sementara itu, berdasarkan peringkat perguruan tinggi di Indonesia, UI sendiri berada di peringkat pertama. Secara berurut, UI berada pada peringkat 50, Universitas Gajah Mada (UGM) pada peringkat 85, Universitas Airlangga (Unair) pada peringkat 109, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada peringkat 113, dan Intitut Pertanian Bogor (IPB) pada peringkat 119.

Adapun penilaian pemeringkatan ini berdasarkan empat kriteria utama, yaitu research quality, teaching quality, graduate employability, dan internationalitation higher education. Dilihat berdasarkan ranking persubyek, hasil yang diperoleh UI antara lain bidang Arts and Humanities (peringkat 18), Life Sciences & Biomedicine (27), Natural Sciences (44), Social Sciences (23), IT & Engineering (50).

Tidak hanya itu, upaya pencapaian standar internasional juga didukung dengan sejumlah prestasi yang diukir mahasiswa UI di beberapa ajang Internasional, di antaranya adalah mahasiswa FKG UI yang menjadi juara pertama pada "Scientific Research Competition dalam The Asia Pacific Dental Students Association (APDSA), mahasiswa FHUI berhasil menjadi "1st Runner Up International Maritime Law Arbitration Moot in Brisbane". Selain itu, UI juga telah meraih sertifikasi International Organizations for Standarization (ISO) 9001:2008 untuk sistem manajemen mutu (QSM).

"Semua pencapaian ini tentu sesuai dengan visi dan harapan UI untuk menjadi universitas riset kelas dunia, karena secara akademik UI terus meningkatkan kualitasnya di bidang riset dan pengajaran," ujar Kepala Kantor Komunikasi UI Visnu Juwono kepada Kompas.com, Sabtu (15/5/2010).

Selama tahun 2009, terhitung UI telah menghasilkan 1.005 riset. Sebanyak 10.050 riset tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal bertaraf regional dan internasional. Hasil tersebut menempatkan UI bertahan pada posisi yang sama seperti tahun lalu, yaitu peringkat 50 Asia.

"Setidaknya ini memicu UI untuk terus berbenah diri dalam meningkatkan kualitas akademik dan non akademik yang dimilikinya," tambah Visnu.